Rabu 18 Dec 2024 15:58 WIB

Negara Ini Menjadi Tujuan Migrasi Massal Israel Hingga 500 Persen, Apa Penyebabnya?

Kanada menjadi negara tujuan hidup

Warga Israel di Bandara Ben Gurion dekat Tel Aviv, Israel, Ahad, 28 November 2021. Seperempat Yahudi Israel dilaporkan siap melakukan eksodus.
Foto: Ariel Schalit/AP Photo
Warga Israel di Bandara Ben Gurion dekat Tel Aviv, Israel, Ahad, 28 November 2021. Seperempat Yahudi Israel dilaporkan siap melakukan eksodus.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV—Sejak 7 Oktober, Israel telah menyaksikan gelombang imigrasi yang belum pernah terjadi sebelumnya ke Kanada, menurut sebuah laporan yang diterbitkan oleh surat kabar Ibrani Haaretz.

Jumlah warga Israel yang berangkat ke Kanada meningkat 500 persen, dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun-tahun sebelumnya. 

Baca Juga

Sejak awal tahun ini, sekitar 8.000 warga Israel telah berimigrasi ke Kanada, dibandingkan dengan hanya 1505 orang pada 2022. Diperkirakan bahwa jumlah total imigran dapat melebihi sepuluh ribu orang pada akhir tahun ini. 

Jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya yang mencerminkan sebuah fenomena yang membutuhkan studi mendalam, terutama jika ditempatkan dalam konteks dampak Badai Al-Aqsa, yang membuat migrasi balik dari Palestina yang diduduki lebih dari satu juta pemukim yang meninggalkan entitas pendudukan menuju tujuan Barat yang aman.

Alasan migrasi massal

Imigrasi Israel ke Kanada bukanlah fenomena yang sama sekali baru, tetapi telah mengalami eskalasi yang tajam dalam beberapa bulan terakhir, karena kombinasi faktor-faktor yang berkaitan dengan kondisi keamanan, politik, dan sosial di dalam wilayah Palestina yang diduduki. Dikutip dari Aljazeera, Rabu (18/12/2024) jurnalis asal Maroko, Khadijah Qanun menjelaskannya sebagai berikut:

Pertama, kondisi keamanan dan politik yang memburuk. Sejak eskalasi peristiwa pada Oktober 2023, entitas pendudukan Israel telah menyaksikan gelombang konflik yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang mengarah pada peningkatan ketegangan antara berbagai pihak, seiring dengan meningkatnya gelombang operasi perlawanan, dengan intensifikasi genosida di Gaza, dan meningkatnya tingkat kekerasan yang dilakukan oleh pasukan pendudukan dan para pemukim di Tepi Barat, sehingga kehidupan warga Israel terancam oleh kemungkinan operasi Palestina yang menargetkan penjajah dan para pemukim.

Ketidakstabilan politik di dalam entitas pendudukan akibat perbedaan pendapat yang tajam di dalam pemerintahan Israel terkait kebijakan keamanan, ekonomi, dan sosial membuat banyak pemukim di dalam wilayah Palestina yang diduduki merasa kehilangan kepercayaan terhadap kepemimpinan.

BACA JUGA: Mengejutkan, Al-Julani Sebut Hayat Tahrir Al-Sham Suriah tak akan Perang Lawan Israel

Kedua, ketakutan akan masa depan. Banyak warga Israel yang khawatir akan masa depan mereka di dalam wilayah Palestina yang diduduki, terutama dengan berlanjutnya konflik Palestina-Israel. Perasaan ini tercermin dalam indikator-indikator berikut:

1. Ketakutan akan isolasi internasional

Israel menghadapi peningkatan kritik internasional terhadap kebijakannya di wilayah Palestina yang diduduki, yang dapat mengarah pada pengenaan sanksi ekonomi atau politik yang tidak hanya berhenti pada universitas, institusi, dan dana investasi berdaulat, tetapi mengancam untuk meluas ke sanksi politik dan ekonomi yang diterapkan oleh negara dan organisasi internasional. Terutama setelah Mahkamah Pidana Internasional mengeluarkan surat perintah yang menganggap Netanyahu dan menteri pertahanannya yang diberhentikan sebagai penjahat perang yang dicari oleh pengadilan internasional.                                                                         

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement