REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Operasi militer Israel di utara Gaza yang telah berlangsung selama lebih dari dua bulan telah menewaskan lebih dari 2.500 warga Palestina dan sedikitnya 10.000 lainnya terluka. Israel juga terus membombardir Rumah Sakit Kamal Adwan dan menghalangi masuknya bantuan ke utara Gaza.
Aljazirah melaporkan pada Rabu, di bagian tengah dan selatan Jalur Gaza, daerah yang menampung ratusan ribu keluarga menjadi sasaran serangan tanpa henti. Serangan-serangan ini terkonsentrasi pada sasaran bangunan tempat tinggal. Dalam 12 jam terakhir, dua area tenda darurat menjadi sasaran yang menewaskan sedikitnya tiga warga sipil.
Kenyataan di lapangan,tidak ada tanda-tanda operasi militer Israel di lapangan akan mereda. Ada kehadiran drone quadcopter dan jet tempur Israel yang sangat konstan dan terlihat.
Dan di wilayah utara, saksi mata melaporkan situasi yang sangat buruk dan sudah tidak tertahankan lagi. Keluarga yang saat ini terjebak di kota Beit Lahiya sudah kehabisan pilihan. Mereka kehabisan cara untuk bertahan hidup.
Para dokter di rumah sakit yang hampir tidak berfungsi bekerja di bawah tekanan gabungan dari kekurangan pasokan medis, peningkatan serangan udara, dan tingginya angka korban jiwa.
Juru bicara Sekjen PBB Antonio Guterres mengatakan Israel terus menolak pengiriman bantuan ke Jalur Gaza utara, di tengah pengepungan Israel yang sedang berlangsung dan pemboman yang intens.
Stephane Dujarric mengatakan dalam konferensi pers bahwa sebagian besar misi bantuan yang dipimpin PBB ke Gaza utara yang berusaha mencapai daerah yang terkepung di Beit Lahiya, Beit Hanoun dan sebagian Jabalia telah ditolak.
PBB berusaha mencapai daerah yang terkepung ini sebanyak 40 kali, dimana 38 upaya ditolak dan dua dihalangi. Dujarric mendesak Israel untuk memenuhi “kebutuhan penting” warga sipil di utara dan memfasilitasi pengiriman bantuan kemanusiaan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan tim medis internasional yang sangat dibutuhkan di Rumah Sakit Kamal Adwan belum diizinkan untuk dikerahkan ketika Israel terus melakukan pengepungan di Gaza utara.
Hanan Balkhy, direktur regional WHO untuk Mediterania Timur, juga mengutuk serangan berulang kali terhadap fasilitas medis tersebut. “Ketakutan yang dialami oleh staf rumah sakit dan pasien dalam beberapa hari terakhir tidak dapat digambarkan – dan tidak dapat diterima,” tulisnya di X. Perwakilan badan kesehatan PBB mengatakan rumah sakit tersebut tidak memiliki kapasitas perawatan bedah atau perawatan ibu.
Eid Sabbah, direktur keperawatan di Rumah Sakit Kamal Adwan, menggambarkan malam yang “penuh kengerian” di fasilitas di Gaza utara, ketika buldoser Israel bergerak maju dan drone quadcopter menembaki kompleks medis dan bangunan di sekitarnya.
“Mereka menargetkan rumah keluarga Battah di sekitar rumah sakit. Lima belas jenazah tiba di rumah sakit termasuk enam orang dari keluarga Battah,” kata Sabbah kepada Aljazirah. “Banyak yang terluka dan banyak yang masih tertimbun reruntuhan.”
Three Palestinians, including two women, were killed and a child injured in an Israeli airstrike that targeted a house in the town of Khuza'a, east of Khan Younis. pic.twitter.com/uJCe8h2RX2
— Quds News Network (QudsNen) December 18, 2024
Sabbah mengatakan serangan Israel terhadap ICU rumah sakit memenuhi ruangan dengan debu hitam, ketika staf mengevakuasi empat pasien dengan menggunakan ventilator. Oksigen terpusat tetap tidak tersedia dan beberapa silinder tersisa hampir habis.
Dia menambahkan bahwa 74 pasien yang terluka dirawat di rumah sakit dan dirawat “dengan cara yang sangat primitif” karena kurangnya sumber daya.
Kantor berita WAFA melansir pada Rabu, pasukan penjajahan Israel melakukan tiga pembantaian terhadap keluarga di Jalur Gaza selama 24 jam terakhir, yang mengakibatkan terbunuhnya sedikitnya 38 warga Palestina dan melukai 203 lainnya, menurut laporan medis.
Mereka mengonfirmasi bahwa jumlah korban jiwa warga Palestina akibat serangan Israel sejak 7 Oktober 2023 telah meningkat menjadi 45.097 korban jiwa yang dilaporkan, dengan tambahan 107.244 orang menderita luka-luka. Mayoritas korbannya adalah perempuan dan anak-anak.
Menurut sumber yang sama, layanan darurat masih belum dapat menjangkau banyak korban dan jenazah yang terperangkap di bawah reruntuhan atau berserakan di jalan-jalan di daerah kantong yang dilanda perang tersebut, karena pasukan pendudukan Israel terus menghalangi pergerakan kru ambulans dan pertahanan sipil.
Serangan genosida Israel terus berlanjut meskipun ada seruan dari Dewan Keamanan PBB untuk segera melakukan gencatan senjata dan arahan dari Mahkamah Internasional yang mendesak diambilnya tindakan untuk mencegah genosida dan meringankan situasi kemanusiaan yang mengerikan di Gaza.
Bulan lalu, Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.