Kamis 19 Dec 2024 05:59 WIB

Empat Syarat Monopoli Dilarang dalam Islam

Monopoli merupakan bentuk penguasaan barang untuk mengontrol harga.

Rep: MgRol153/ Red: A.Syalaby Ichsan
Monopoli harga (ilustrasi)/Pegawai menggendong beras di Pasar Cipinang, Jakarta.
Foto: Antara/Nova Wahyudi
Monopoli harga (ilustrasi)/Pegawai menggendong beras di Pasar Cipinang, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, Monopoli merupakan salah satu praktik yang dilarang dalam Islam karena dianggap merugikan masyarakat. Wildan Jauhari,Lc dalam bukunya Selayang Pandang Prinsip Ekonomi Islam menjelaskan, monopoli merupakan bentuk penguasaan atas barang atau jasa tertentu yang bertujuan mengontrol harga demi keuntungan pribadi.

Dalam istilah Islam, monopoli dikenal sebagai al-Ihtikar, yang secara bahasa berarti menyimpan makanan. Sementara secara istilah, seperti yang dijelaskan Imam Nawawi :

Baca Juga

قَالَ أَصْحَابُنَا الاحْتِكَارُ الْمُحَرَّمُ هُوَ الِاحْتِكَارُ فِي الْأَقْوَاتِ خَاصَّةً وَهُوَ أَنْ يَشْتَرِيَ الطَّعَامَ فِي وَقْتِ الْغَلَاءِ لِلتِّجَارَةِ وَلَا يَبِيعُهُ فِي الْحَالِ بَلْ يَدَّخِرُهُ ليغلوا ثَمَنُهُ

"Para ulama kami menjelaskan bahwa al-Ihtikar yang diharamkan ialah menimbun komoditi pangan tertentu yaitu jika seseorang membeli makanan ketika harganya tinggi untuk diperjualbelikan, tetapi dia tidak menjualnya pada waktu itu, justru malah ditimbunnya agar menjualnya lagi dengan harga yang lebih tinggi.

Dalam konteks hukum Islam, larangan monopoli didasarkan pada hadis Nabi Muhammad SAW, "Siapa saja yang menimbun barang, maka ia berdosa," sebagaimana diriwayatkan oleh Said bin Musayyib dari Ma'mar. 

Imam Nawawi menegaskan perihal larangan tersebut, "Larangan ini berlaku khusus pada bahan pangan, terutama ketika seseorang sengaja membeli barang pada saat harga tinggi untuk menimbunnya demi keuntungan pribadi. Namun, jika bahan pangan dibeli pada harga rendah dan dijual dengan harga lebih tinggi untuk kebutuhan hidupnya, atau ditimbun untuk dijual pada saat harga wajar, maka ini tidak termasuk monopoli yang dilarang." kata dia.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قُمْتُمْ اِلَى الصَّلٰوةِ فَاغْسِلُوْا وُجُوْهَكُمْ وَاَيْدِيَكُمْ اِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوْا بِرُءُوْسِكُمْ وَاَرْجُلَكُمْ اِلَى الْكَعْبَيْنِۗ وَاِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوْاۗ وَاِنْ كُنْتُمْ مَّرْضٰٓى اَوْ عَلٰى سَفَرٍ اَوْ جَاۤءَ اَحَدٌ مِّنْكُمْ مِّنَ الْغَاۤىِٕطِ اَوْ لٰمَسْتُمُ النِّسَاۤءَ فَلَمْ تَجِدُوْا مَاۤءً فَتَيَمَّمُوْا صَعِيْدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوْا بِوُجُوْهِكُمْ وَاَيْدِيْكُمْ مِّنْهُ ۗمَا يُرِيْدُ اللّٰهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِّنْ حَرَجٍ وَّلٰكِنْ يُّرِيْدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهٗ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan salat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki. Jika kamu junub, maka mandilah. Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, maka jika kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan debu yang baik (suci); usaplah wajahmu dan tanganmu dengan (debu) itu. Allah tidak ingin menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, agar kamu bersyukur.

(QS. Al-Ma'idah ayat 6)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement