Kamis 19 Dec 2024 06:11 WIB

18.200 Anak Alami Kekerasan, 51 Persen Terjadi di Rumah

Sebagian besar permasalahan justru berawal dari rumah.

Siswa membawa poster saat deklarasi anti bullying di Madrasah Ibtidaiyah Darul Ulum 2 Ngembalrejo, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Sabtu (30/11/2024).
Foto: ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho
Siswa membawa poster saat deklarasi anti bullying di Madrasah Ibtidaiyah Darul Ulum 2 Ngembalrejo, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Sabtu (30/11/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Kesehatan Jiwa Kemenkes RI, dr Imran Pambudi mengungkapkan, sebanyak 18.200 anak di Indonesia mengalami kekerasan. Hal ini disampaikan Imran berdasarkan data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) tahun 2023. 

"Data dari KPPPA tahun 2023, tercatat ada lebih dari 18.200 anak mengalami kekerasaan. Dan 51 persennya itu terjadi di rumah," ujar Imran dalam acara Mental Health Talkshow bertajuk "Ibu Bahagia Anak Bahagia" di Sasana Budaya Philanthropy Building, Pasar Minggu, Jakarta, Rabu (18/12/2024).

Baca Juga

Menurut dia, fenomena tersebut menunjukkan adanya perubahan. Dulu, kata dia, ada anggapan bahwa rumah itu adalah tempat berlindung, tapi sekarang sebagian besar permasalahan itu justru berawal dari rumah."Jadi kalau dulu itu ketika ada masalah di luar, di rumah bisa kita redam. Tapi justru sekarang, sebagian besar itu ada di rumah," ucap dia. 

"Jadi sekali lagi, masalah-masalah ini pasti ada hubungannya dengan pola asuh yang kurang benar," kata dia. 

Selain itu, Imran juga menunjukkan data pada saat ibu hamil, persalinan, dan melahirkan. Menurut dia, ada lebih dari 12,5 persen ibu hamil yang mengalami masalah kesehatan jiwa. Kemudian, pasca melahirkan ada 10 persen. 

"Depresi pada kehamilan itu ada delapan persen. Dan depresi pasca melahirkan, atau biasa kita sebutnya baby blues, itu ada hampir 6 persen. Dan kayaknya ini juga semakin lama semakin banyak," jelas Imran. 

Dia mengatakan, masalah-masalah kesehatan jiwa pada saat ibu hamil tersebut akan berdampak kepada janinnya. Karena itu, menurut dia, sangat penting untuk membahagiakan ibu yang sedang hamil. 

"Jadi paling tidak tersenyum gitu ya. Jadi jangan ibu hamil, ibu hamil terus gitu. Itu akan sangat berdampak," ucap dia. 

Secara teoretis, menurut dia, mempersiapkan calon ibu itu harus sedini mungkin, dari masa remaja. Tapi, kata dia, praktisnya mempersiapkannya itu pada saat ibu hamil."Jadi sembilan bulan ini, kita harus memprogram mereka, bagaimana mereka harus memperhatikan kesehatan dia, ibunya sendiri, dan mempersiapkan bayinya," kata Imran. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement