Kamis 19 Dec 2024 10:35 WIB

Pesona Cuene dan Bujang Ngarot Sedot Antusias Ribuan Warga

Ngarot telah diadakan sejak ratusan tahun lalu dan masih lestari hingga kini

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Arie Lukihardianti
Gadis Ngarot
Foto: Dok Republika
Gadis Ngarot

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU--Ribuan warga dari berbagai daerah antusias mendatangi Desa/ Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu, Rabu (18/12/2024). Kedatangan mereka tak lain untuk melihat Ngarot, terutama penampilan para gadis (cuene) Ngarot dan jejaka (bujang) Ngarot.

Ngarot merupakan upacara adat menyambut pelaksanaan musim tanam yang dilakukan setiap tahun di Desa Lelea. Kegiatan itu rutin dilaksanakan setiap pekan ketiga Desember, tepatnya hari Rabu, yang dipercaya masyarakat setempat sebagai hari yang dikeramatkan.

Baca Juga

Ngarot telah diadakan sejak ratusan tahun lalu dan masih lestari hingga kini. Adat tersebut pertama kali dirintis oleh Ki Buyut Kapol, yakni seorang tokoh di Desa Lelea. Ia rela memberikan sawahnya seluas 26.100 meter persegi untuk digunakan para muda mudi bercocok tanam.

Dalam pelaksanaan Ngarot, kehadiran para gadis Ngarot menjadi hal yang sangat dinantikan. Warga rela berdesak-desakan di sisi kiri dan kanan jalan Desa Lelea untuk melihat kehadiran mereka.

Dengan mengenakan pakaian kebaya tradisional dan hiasan warna-warni bunga di kepalanya, para gadis Ngarot diarak menuju balai desa. Bunga segar yang dirangkai menjadi penutup kepala itu menjadi simbol kesucian gadis Ngarot.

Selain gadis Ngarot, jejaka Ngarot yang mengenakan pakaian komboran dan ikat kepala, juga turut dalam arak-arakan itu. Arak-arakan tersebut dipimpin oleh kepala Desa Lelea.

Arak-arakan berakhir di Balai Desa Lelea, yang menjadi lokasi dilaksanakannya upacara adat Ngarot. Dalam upacara adat Ngarot itu, secara simbolis diserahkan sarana pertanian mulai dari bibit padi, air kahirupan (air kehidupan), sarana pertanian berupa cangkul, pedang dan topi caping kepada perwakilan jejaka dan gadis Ngarot.

Diserahkan pula dedaunan yang terdiri dari daun klaras (daun pisang kering), bambu kuning, daun andong dan lainnya. Upacara adat itu juga disertai dengan doa agar musim tanam berjalan dengan baik.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Indramayu, Caridin menyatakan, Pemkab Indramayu memberikan dukungan penuh dalam mempromosikan Adat Ngarot Lelea. Apalagi sejak 2015, Adat Ngarot telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh UNESCO.

‘’Kami dukung peningkatan promosi agar Adat Ngarot ini bisa dikenal bukan saja skala nasional, tetapi juga skala internasional. Kami juga mengapresiasi Pemdes Lelea yang konsisten untuk menjaga warisan budaya Ngarot dengan mengadakan Adat Ngarot setiap tahun,’’ ujarnya.

Salah satu bentuk dukungan pemda itu di antaranya melalui pembangunan Rumah Adat Ngarot. Selain itu, Pemkab Indramayu melalui Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga juga telah meluncurkan aplikasi Sistem Informasi Pariwisata Indramayu (Sipayu).

Dalam aplikasi Sipayu itu memasukkan pelaksanaan Adat Ngarot sebagai salah satu khazanah pariwisata adat yang ada di Kabupaten Indramayu. ‘’Kami ajak semua lapisan masyarakat, mulai dari tokoh agama, adat, masyarakat, pemuda, bisa memperkenalkan Adat Ngarot agar menambah khazanah budaya di Indramayu supaya dikenal sampai keluar negeri,’’ kata Caridin.

Sementara itu, Kepala Desa Lelea, Raidi, berharap, melalui adat Ngarot, para gadis dan jejaka Ngarot serta seluruh warga Desa Lelea, bisa selalu mendukung penuh jalannya program Pemerintah Desa Lelea. ‘’Hal itu demi kemajuan desa dan masyarakat,’’ ucap Raidi.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement