REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan Rusia mengumumkan telah mengembangkan vaksin kanker. Vaksin ini disebutkan akan dibagikan kepada pasien kanker di Rusia mulai awal 2025.
Meski begitu, para ilmuwan tetap skeptis. Seorang imunolog terkemuka di Trinity College Dublin, Irlandia, Profesor Kingston Mills, mengatakan sampai seluruh pihak melihat data dari uji klinis, pasti ada skeptisisme tentang hal itu. "Tidak ada dalam jurnal ilmiah yang dapat saya lihat tentang hal itu. Di situlah Anda biasanya mulai membaca, sebagai seorang ilmuwan, tentang sebuah terobosan. Saya tidak melihat makalah apa pun tentang ini, jadi saya tidak memiliki dasar apa pun dalam hal sains," kata dia dikutip dari laman Newsweek pada Kamis (19/12/2024).
Namun, kata dia, itu tidak berarti para ilmuwan Rusia belum mengembangkan vaksin untuk melawan beberapa jenis kanker. "Ide vaksin kanker itu nyata," ujar Prof Mills.
Kepala kanker anak di lembaga amal penelitian medis Life Arc, dr David Jenkinson, mengatakan ada sejumlah vaksin yang sudah digunakan untuk mencegah kanker dengan menargetkan virus yang terkadang dapat menyebabkan kanker, seperti vaksinasi HPV untuk mencegah kanker serviks. Pengumuman Kementerian Kesehatan Rusia, yang pertama kali dipublikasikan pada 15 Desember oleh kantor berita milik negara Rusia TASS, mengatakan bahwa vaksin tersebut untuk melawan kanker, tetapi Mills mengatakan kata-kata ini menimbulkan pertanyaan.
"Saya pikir yang tidak masuk akal adalah vaksin untuk kanker, seperti yang kita semua tahu ada banyak kanker," kata Mills.
"Jadi, apakah ini vaksin universal untuk semua kanker? Saya akan sangat skeptis terhadap hal itu. Saya pikir tidak mungkin. Saya tidak berpikir bahkan orang Rusia akan mengeklaim bahwa mereka memiliki vaksin untuk mengobati semua kanker. Apa itu kanker? Apa antigennya? Di mana data uji klinisnya? Ini semua adalah pertanyaan yang belum terjawab, dan kami belum melihat data ini untuk membuat penilaian yang tepat," ujarnya mempertanyakan.
Terobosan Rusia yang diduga adalah vaksin mRNA yang digunakan sebagai pengobatan yang dipersonalisasi untuk melawan kanker, membantu sistem kekebalan tubuh untuk mengenali sel kanker sebagai sel invasif. Pengobatan semacam itu (vaksin mRNA yang digunakan sebagai pengobatan untuk melawan kanker tertentu) saat ini menjadi subjek dari ratusan uji klinis di seluruh dunia, kata para ilmuwan, yang direvolusi oleh penelitian yang mengejar vaksin Covid-19 selama pandemi.
Jenkinson mengatakan vaksin mRNA bekerja dengan membuat sel-sel dalam tubuh memproduksi protein asing. Protein-protein ini dikenali oleh sistem imun dan menghasilkan respons imun yang membunuh sel-sel yang memproduksi protein asing ini.
"Sebagai vaksin yang dipersonalisasi, tumor dari individu kemungkinan dianalisis terlebih dahulu untuk melihat protein apa yang bermutasi dan mRNA dibuat untuk protein-protein ini. Dengan demikian, pengobatannya kemungkinan akan berbeda untuk setiap individu," jelasnya.