Jumat 20 Dec 2024 17:56 WIB

Kemenangan Hayat Tahrir Al-sham Disebut Sebagai Kemenangan Warga Suriah 

Iskandar mengingatkan untuk tetap waspada terhadap bangkitnya kelompok ekstrem.

Pejuang oposisi Suriah merayakan setelah pemerintah Suriah runtuh di Damaskus, Suriah, Ahad, 8 Desember 2024.
Foto: AP Photo/Omar Sanadiki
Pejuang oposisi Suriah merayakan setelah pemerintah Suriah runtuh di Damaskus, Suriah, Ahad, 8 Desember 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, BIMA -- Mantan narapidana terorisme, Iskandar alias Abu Qutaibah alias Guru Kendo alias Alex mengungkapkan pandangannya tentang kemenangan Hayat Tahrir Al-sham (HTS) di Suriah. Menurutnya, kemenangan HTS tidak hanya kemenangan mujahidin khilafah atau kemenangan negara Islam tetap juga kemenangan warga Suriah yang majemuk. Iskandar mengatakan, bahwa di Suriah terdapat banyak faksi-faksi yang juga berjuang untuk kemerdekaan Suriah dari belenggu rezim Bashar Al-Assad. 

Menurut Iskandar, di akar rumput HTS tidak hanya didukung oleh kelompok Islam saja, bahkan semua etnis dan kelompok agama yang ada di Suriah mendukung pergerakan HTS. Tidak hanya kelompok muslim yang menderita, melainkan bahkan kelompok agama lain, kelompok Kristen Ortodoks itu menjadi korban dari keganasan Bashar Al-Assad.

“HTS ini tidak terbentuk secara langsung, melalui proses-proses yang sangat panjang, maka terbentuklah kelompok HTS. Kelompok HTS terdiri dari berbagai macam kelompok perjuangan yang ada di Suriah,” ujar Iskandar di Bima, Nusa Tenggara Barat, Kamis (19/12/2024).

Iskandar yang kini aktif menjadi pembicara dalam pencegahan ekstremisme, dan radikal terorisme ini  berpendapat HTS cukup moderat, dan mengakomodir kelompok atau agama lain untuk bisa kembali membangun Suriah dan hidup berdampingan. Oleh karena itu, HTS mendapatkan dukungan dari masyarakat Suriah, karena memiliki tujuan untuk menggulingkan pemerintah diktator dan kejam, yaitu Bashar al-Assad. Hal ini juga dibuktikan dengan munculnya negara negara lain yang mulai menjalin hubungan diplomatik dengan pemerintahan baru di Suriah, seperti Inggris, Amerika, Qatar dan Turki. 

Namun, Iskandar mengingatkan, untuk tetap waspada terhadap bangkitnya kelompok ekstrem. Mereka membangun propaganda dan menyebarkan berita bohong dan disinformasi terkait Suriah untuk menciptakan konflik dan teror. Ia khawatir, kelompok ini dapat membawa situasi konflik yang ada di Timur Tengah ke Indonesia. 

“Tetapi bisa saja bahwa kelompok-kelompok ekstrem ini memanfaatkan situasi kemenangan HTS ini untuk kembali ke Suriah,” ucap Iskandar.

Pimpinan Yayasan Cahaya Ukhwah Gemilang di Bima, Nusa Tenggara Barat ini  menyerukan pentingnya memberikan edukasi dan literasi kepada masyarakat tentang apa yang sebenarnya terjadi di Suriah. Misalnya, mengadakan forum diskusi, dan seminar terkait persoalan ini untuk meluruskan informasi yang berkembang di media sosial. 

“Karena banyak di kalangan masyarakat yang tidak mengerti persoalan ini, dan mudah terpengaruh dengan isu-isu tentang jihad global dan pembentukan khilafah,” ungkap Iskandar. 

Iskandar prihatin, banyak warga Indonesia yang terbengkalai di Suriah. Banyak dari mereka yang berada di penjara dan di kamp-kamp pemerintah karena pernah menjadi bagian dari ISIS. 

“Jumlah mereka tidak sedikit. Tercatat hampir 600 orang, dan semua itu adalah warga Indonesia. Banyak di antara mereka yang menyatakan penyesalannya karena pergi ke Suriah. Jangan sampai narasi hijrah dan khilafah Islam di Suriah ini kembali menguat dan memperdaya masyarakat seperti munculnya ISIS," kata Iskandar. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement