REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Petani di Desa Lobutua, Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatra Utara (Sumut) berhasil membudidayakan tanaman hortikultura, khususnya bawang merah. Hal itu menunjukkan potensi besar sektor pertanian dalam meningkatkan perekonomian lokal.
Beberapa tahun terakhir, petani hortikultura di Provinsi Sumut berhasil mengembangkan berbagai jenis tanaman sayuran, khususnya bawang merah yang ditanam dari biji. Metode itu dikenal dengan true shallot seed (TSS).
Petani Desa Lobutua, Lochkung Lumbatoruan menyatakan, ia sebelumnya tidak pernah tahu kalau bisa menanam bawang merah dari biji. Setelah dicoba, sambung dia, ternyata TTS hasilnya luar biasa dan sangat memuaskan.
"Setiap biji yang ditanam menghasilkan delapan anakan dan dari 2.000 populasi tanaman dapat menghasilkan panen hingga mencapai 400 kg," ujar Lochkung kepada wartawan dikutip di Jakarta, Jumat (20/12/2024).
Menurut Lochkung, para petani dulunya menanam bawang merah dari umbi bibit yang membutuhkan biaya yang sangat mahal. Uuntuk lahan seluas sekitar satu hektar umbi bibit yang dibutuhkan dapat mencapai 1,5 ton atau dengan biaya tak kurang dari Rp 55 juta.
Belum termasuk biaya yang harus dikeluarkan oleh petani untuk persiapan lahan, pemupukan dan pemeliharaan. Biaya akan semakin membengkak jika ada serangan penyakit. Pasalnya, umbi bibit tak jarang membawa sumber penyakit yang dapat menginfeksi dan menyerang tanaman hingga menyebabkan gagal panen.
Karena itulah budidaya bawang merah dari biji atau benih menjadi solusi yang sangat dinanti petani. Menurut Lochkung, selain relatif terbebas dari penyakit karena biji yang digunakan cenderung lebih bersih dan lebih terkontrol, biaya tanamnya juga jauh lebih ekonomis.
"Betapa tidak, untuk lahan pertanaman seluas satu hektar, benih yang dibutuhkan sekitar 5 kg atau dengan biaya sekitar Rp 10 juta. Alhasil, biaya investasi awal untuk memulai budidaya bawang merah dapat diminimalkan," ucap Lochkung.
Dia menyebut, dengan menggunakan biji, petani bisa menghemat biaya untuk bibit dan meminimalkan risiko kerugian yang disebabkan oleh bibit bawang merah yang rusak atau gagal tumbuh. Selain itu, karena bibit yang dihasilkan lebih banyak dan dapat diproduksi sendiri, petani dapat meningkatkan jumlah produksi, yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan mereka.
"Keuntungan ekonomi ini lebih besar dalam jangka panjang karena mengurangi ketergantungan pada pembelian bibit dari luar. Tidak hanya itu, bibit bawang merah dari biji lebih mudah diperoleh dalam jumlah besar," kata Lochkung.