Sabtu 21 Dec 2024 14:17 WIB

Takut Ditangkap, Netanyahu tak Berani 'Pulang Kampung'

Prajurit Israel pelaku kejahatan perang terus diburu.

Massa aksi bela Palestina di depan Gedung Kedubes AS Jakarta, Jumat (29/11/2024). Dalam aksinya, mereka menyerukan penangkapan PM Israel Benjamin Netanyahu.
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Massa aksi bela Palestina di depan Gedung Kedubes AS Jakarta, Jumat (29/11/2024). Dalam aksinya, mereka menyerukan penangkapan PM Israel Benjamin Netanyahu.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tak akan menghadiri acara peringatan 80 tahun pembebasan Auschwitz di Polandia. Hal ini seturut tekad Polandia menjalankan kewajiban sebagai anggota Mahkamah Pidana Internasional (ICC) untuk menangkap Netanyahu.

Surat kabar Polandia Rzeczpospolita melaporkan pada Jumat bahwa pihak berwenang Israel tidak berusaha meminta agar Netanyahu diizinkan untuk berpartisipasi dalam acara pada tanggal 27 Januari. Acara itu diperkirakan akan dihadiri oleh beberapa pemimpin dunia. Menteri Pendidikan Israel Yoav Kisch diperkirakan akan hadir menggantikan Netanyahu. 

Baca Juga

Benjamin Netanyahu adalah putra dari Benzion Mileikowsky, seorang pionir Zionisme kelahiran Warsawa, Polandia. Benzion adalah seorang Zionis garis keras yang memimpikan Israel Raya yang meliputi seluruh wilayah mandat Palestina serta Yordania dan Lebanon.

Seperti banyak Yahudi keturunan Eropa Timur lainnya, Benzion kemudian pindah ke Palestina dan mendirikan entitas Zionis Israel sementara mengusir penduduk asli.

Benjamin Netanyahu terakhir ke Polandia pada 2019 lalu untuk kunjungan kenegaraan. Saat itu, ia membuat berang pemerintah Polandia karena menyatakan bahwa warga Polandia terlibat dalam pembantaian Yahudi di sana saat dikuasai Nazi Jerman.

ICC mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant atas dugaan keterlibatan mereka dalam “kejahatan terhadap kemanusiaan dan kejahatan perang yang dilakukan setidaknya sejak 8 Oktober 2023 hingga setidaknya 20 Mei 2024” di Gaza.

Wakil Menteri Luar Negeri Polandia Władysław Bartoszewski sebelumnya mengatakan bahwa pemerintahan “berkewajiban untuk menghormati ketentuan Pengadilan Kriminal Internasional di Den Haag”. Ini berarti mereka terikat kewajiban menangkap Netanyahu dan mengekstradisinya untuk diadili di Jenewa.

Bartoszewski kembali menegaskan sikap Warsawa dalam menegakkan surat perintah ICC kepada Rzeczpospolita ketika dimintai komentar soal kehadiran Netanyahu. Laporan itu juga mengatakan Presiden Isaac Herzog tidak berencana menghadiri acara tersebut pada akhir Januari, meskipun pendahulunya Reuven Rivlin melakukan perjalanan ke Polandia untuk menghadiri peringatan 75 tahun tersebut.

Karena tidak ada kepala pemerintahan atau negara yang akan hadir, Menteri Pendidikan Yoav Kisch diharapkan mewakili Israel pada upacara tersebut. Tidak ada pernyataan mengenai laporan tersebut dari Kantor Perdana Menteri.

Netanyahu belum melakukan perjalanan ke Eropa sejak ICC mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap dia dan mantan menteri pertahanan Yoav Gallant bulan lalu atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan terkait perang di Jalur Gaza. Pengadilan juga mengeluarkan surat perintah untuk panglima militer Hamas Muhammad Deif, yang menurut Israel telah dibunuh.

Tentara Israel diburu

Sementara, prajurit-prajurit Israel yang pergi ke mancanegara terus diburu. Aljazirah melaporkan, seorang tentara Israel melarikan diri dari Sri Lanka atas desakan pemerintah Israel atas risiko penangkapan atas dugaan keterlibatannya dalam kejahatan perang. 

Sedangkan Hind Rajab Foundation – sebuah kelompok pemantau kejahatan perang di Gaza – telah mengungkap tentara Israel kedua, yang saat ini berada di Thailand, sebagai tersangka penjahat perang. Yayasan tersebut menuduh bahwa Lidor Kandalker, anggota unit teknik tempur Perusahaan Volcano, terlibat dalam penghancuran rumah-rumah warga Palestina selama serangan Israel yang sedang berlangsung di Gaza. 

photo
Peta Keanggotaan ICC - (Reddit)

Yayasan tersebut mengatakan telah mengajukan pengaduan ke Pengadilan Kriminal Internasional dan memberitahu pihak berwenang Thailand, termasuk polisi, Kementerian Kehakiman dan Kedutaan Besar Thailand di Den Haag tentang kehadiran Kandalker di negara tersebut. 

“Yayasan tersebut telah mendesak mereka untuk menangkap Kandalker, mencegah pelariannya, dan memenuhi kewajiban internasional mereka untuk memastikan pertanggungjawaban atas kejahatannya,” kata mereka. 

Sebuah video yang dibagikan oleh yayasan tersebut di media sosial menunjukkan Kandalker berada di dalam kendaraan militer dengan musik klub diputar sambil menghitung mundur sebelum meledakkan sebuah bangunan yang ditampilkan di monitor. Dia dan tentara lain di dalam kendaraan bersorak setelah ledakan.

Gambar lain dari Kandalker yang dirilis oleh yayasan tersebut menunjukkan tentara tersebut duduk di kursi di dalam rumah warga sipil di Gaza, mengenakan pakaian warga Palestina, memegang senapan serbu dan minum apa yang tampak seperti teh atau kopi.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement