REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Kemungkinan tercapainya kesepakatan mengakhiri perang di Gaza semakin dekat. Hamas menyatakan, kesepakatan akan segera tercapai kecuali Israel menetapkan syarat baru.
"Asalkan Israel tidak menetapkan persyaratan baru,” demikian pernyataan Hamas pada Sabtu (21/12/2024).
Pernyataan ini muncul setelah delegasi Hamas bertemu para pemimpin Gerakan Jihad Islam dan Front Rakyat untuk Pembebasan Palestina di Kairo guna membahas pertukaran sandera dan kesepakatan gencatan senjata.
Mereka sepakat melanjutkan komunikasi dan koordinasi terkait negosiasi gencatan senjata, serta mendiskusikan usulan pembentukan komite dukungan masyarakat untuk mengelola Gaza pascaperang.
Kantor Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, pada Kamis (19/12) memberitahu keluarga-keluarga sandera yang ditahan di Gaza bahwa syarat-syarat untuk mencapai kesepakatan pertukaran sandera dengan tahanan Palestina telah mengalami kemajuan. Meskipun belum ada kesepakatan akhir yang tercapai.
Pemberitahuan itu menjadi kali pertama kantor Netanyahu mengeluarkan pernyataan yang menyebutkan adanya kemajuan dalam negosiasi sejak awal perang di Gaza.
Kairo dan Doha dikabarkan telah melakukan upaya intensif dengan semua pihak untuk mencapai kesepakatan sebelum pelantikan Presiden terpilih AS, Donald Trump, bulan depan.
Upaya para mediator, termasuk AS, sejauh ini belum berhasil karena keengganan Netanyahu untuk mengakhiri perang secara permanen dan menarik pasukan Israel dari Gaza.
Israel telah menewaskan lebih dari 45.000 orang di Gaza sejak operasi Hamas pada 7 Oktober 2023. Sekitar 100 sandera diyakini masih berada di Gaza.