REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Tentara Israel telah mengintensifkan serangannya terhadap Rumah Sakit Kamal Adwan di Gaza utara. Berbagai departemen, termasuk unit neonatal dan unit perawatan intensif, mendapat serangan hebat dan tembakan langsung penembak runduk.
“Tanpa peringatan apapun, kami sekarang langsung dibom, unit perawatan intensif sekali lagi menjadi sasaran, unit neonatal, bangsal bersalin, dan semua departemen rumah sakit lainnya dibombardir oleh pasukan pendudukan,” kata Dr Hussam Abu Safiya, direktur rumah sakit, dalam pesan video pada Sabtu malam. Tentara menggunakan “segala jenis senjata, penembak jitu, tank, dan drone quadcopter,” katanya dilansir the Palestine Chronicle.
Direktur mengatakan bahwa “serangan tiba-tiba dan brutal tanpa peringatan” terjadi ketika mereka menerima informasi pada dini hari bahwa rumah sakit “akan dievakuasi dalam beberapa jam mendatang.” “Ini adalah bencana, saat ini kami adalah satu-satunya rumah sakit yang masih menyediakan layanan kemanusiaan di Gaza utara,” ia memperingatkan.
Ia menambahkan bahwa evakuasi berarti “mengungsikan 66 pasien, memindahkan semua peralatan rumah sakit, dan mengevakuasi semua staf medis.”
Rekaman video memperlihatkan pasien yang sakit kritis di ICU dan bangsal neonatal, serta pasien yang terlihat berlindung di koridor rumah sakit di tengah pemboman besar-besaran. “Selama lebih dari satu jam, peluru telah berjatuhan ke arah kami dari segala arah,” kata Dr. Abu Safiya.
“Kami menganggap dunia bertanggung jawab atas apa yang terjadi, kami meminta dunia bertanggung jawab karena mengabaikan permohonan kami karena kami telah menyerukan kepada mereka selama lebih dari 70 hari untuk melindungi sistem layanan kesehatan ini, namun sayangnya, tidak ada yang menanggapi,” katanya.
Dr. Hussam Abu Safiya, Director of Kamal Adwan Hospital: We hold the world accountable for what is happening to us.
— أنس الشريف Anas Al-Sharif (AnasAlSharif0) December 21, 2024
Ketika ditanya ke mana pasien akan dievakuasi, jika terpaksa, Dr. Abu Safiya mengatakan Rumah Sakit Indonesia kemungkinan besar akan “berfungsi sebagai alternatif,” meskipun ini bukan perkara mudah.
Ia menjelaskan, selain kendala transportasi pasien ke sana, Rumah Sakit Indonesia saat ini memiliki generator yang tidak berfungsi, dan stasiun oksigennya juga tidak berfungsi. “Saya yakin akan membutuhkan waktu yang sangat lama untuk memulihkan layanan.”
Dalam video selanjutnya, dr Abu Safiya mengatakan pihak rumah sakit telah disarankan untuk mengungsi ke RS Indonesia. “Tidak mungkin kami bisa mengevakuasi korban luka yang dirawat di rumah sakit dan terluka,” jelasnya. “Kami bahkan tidak punya satupun ambulans, kami tidak bisa mengangkut orang-orang ini dengan tangan.”
Dokter itu mengatakan ada juga perbekalan yang harus ditransfer ke Rumah Sakit Indonesia “sehingga dapat memberikan layanan yang aman kepada mereka yang terluka dan terluka.”
Dia mengatakan rumah sakit tidak bisa dihentikan begitu saja dalam waktu satu jam, atau beberapa jam. Mereka memerlukan waktu berhari-hari, itupun dengan asumsi mereka mampu melakukannya.”
“Kami sebelumnya telah menyerukan kepada komunitas internasional untuk segera melakukan intervensi guna melindungi sistem layanan kesehatan,” Dr Abu Safiya menyatakan. “Kami terus menyerukan kepada dunia untuk mengambil tindakan segera guna melindungi sistem layanan kesehatan dari serangan brutal dan mematikan terhadap kami, pada staf, dan pada sistem itu sendiri.”
Dalam sebuah wawancara dengan Aljazirah Arabia, Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan Gaza, Dr Muneer Alboursh, mengatakan rumah sakit tersebut menjadi sasaran serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya. “Penjajah telah menerapkan kebijakan yang mencekik rumah sakit sejak awal perang ini dan kecepatannya meningkat baru-baru ini, mencegah masuknya bahan bakar, masuknya obat-obatan dan pasokan medis,” katanya.
Dia menjelaskan bahwa pada hari Sabtu, delegasi Organisasi Kesehatan Dunia mengunjungi rumah sakit tersebut dan bahwa rumah sakit tersebut “menjadi sasaran ketika mereka berada di dalam.” “Juga beberapa robot meledak ketika mereka berada di dalam, menyebarkan pecahan peluru ke arah delegasi yang berkunjung,” tambahnya.
Delegasi tersebut, yang berangkat bersama pasien-pasien yang terluka, termasuk seorang pria dengan kaki diamputasi, kemudian dihentikan di pos pemeriksaan Salah el-Din oleh pasukan pendudukan.
Mereka memaksa pasien yang diamputasi keluar dari ambulans dan “membalikkan tempat tidur rumah sakit” di mana ia terbaring, menyebabkan “orang ini terjatuh ke tanah,” jelasnya. Ia menambahkan bahwa pasukan pendudukan kemudian menahan pasien tersebut, dan ambulans memerintahkan untuk pergi. “Ada pelanggaran yang nyata dan jelas, dan ada kejahatan perang yang dilakukan di Rumah Sakit Kamal Adwan,” kata Dr Alboursh. Namun, tambahnya, “dunia bereaksi dengan ketidakpedulian.”