REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak orang tua mendambakan anaknya menjadi penghafal Alquran. Ada orang tua yang membiasakan anaknya membaca dan menghafalkan kalamullah setiap hari. Ada pula yang memasukkan anaknya ke pesantren tahfidz Alquran sehingga mereka mengikuti ritme pendidikan dan pembelajaran menghafalkan Alquran di dalamnya.
Manfaat menghafalkan Alquran sungguh luar biasa. Bukan sekadar mampu menyebutkan ayat dan surah, tapi nantinya, anak juga akan mampu tadabur ayat suci sehingga iman mereka bertambah. Bermodalkan hafalan dan tadabur ayat suci Alquran, mereka kelak akan menjadi inspirator pembangunan, membangun SDM generasi yang akan datang dan mewarnai dinamika kehidupan.
Sebagai langkah strategis mewujudkan generasi Alquran, Lembaga Pembelajaran Qiroatil Qur'an (LPQQ) Indonesia, secara resmi melantik atau mewisuda 10.000 ribu santri se- indonesia yang telah lulus dalam belajar membaca Alquran. dari hasil wisuda tersebut LPQQ juga telah berhasil mengentaskan buta aksara Alquran hingga mencapai 7 persen.
Hal itu diungkapkan Ketua LPQQ Indonesia, H.Mahbub Soleh Zarkasy, dalam acara wisuda akbar 1 santri LPQQ Indonesia yang mengambil tema gerakan nasional pengentasan buta aksara Alquran menuju Indonesia Emas 2045,yang berlangsung di Masjid Istiqlal,Jakarta Pusat, Pada sabtu kemarin ( 21/12/2024).
"Wisuda santri nasional yang diikuti oleh 3 provinis aja dari jawa barat, dki dan banten dari progres awal kita akan wisuda 10 ribu,"kata H.Mahbub dalam keterangan resminya, di Jakarta, Minggu ( 22/12/2024).
Mahbub menjelaskan dari hasil wisuda ini, pihaknya juga telah berhasil mengentaskan buta aksara Alquran hingga mencapai 7 persen dalam jangka waktu singkat yakni hanya 9 bulan.
"Hitungan 6 hingga 7 persen ini secara resmi menkumham nya keluar itu sejak bulan april sampai desember 2024. dari jumlah santri Kelompok belajar membaca Alquran (Kbma) yang bermunculan itu dalam jangka waktu 9 bulan," jelasnya.
Kendati demikian, Mahbub menambahkan bahwa saat ini para guru atau mualim yang ada di Kelompok belajar membaca Alquran (Kbma) masih memiliki keterbatasan dari segi sarana dan prasarana proses pembelajaran. Meski begitu, kata Mahbub, Kbma masih sangat digemari atau masih mendapatkan antusias yang sangat tinggi dari kalangan para remaja atau santri pelajar dan mahasiswa.
Menurutnya, metode pembelajaran dengan secara klasik masih menjadi daya tarik dalam memudahkan para santri untuk belajar membaca Alquran di tengah perkembangan teknologi di era zaman modern saat ini.
"Kemampuan kami yang sangat terbatas fasilitas kantor pun tidak ada apalagi fasilitas yang lain,Kami masih memiliki keterbatasan buku hampir 80 persen mereka belajar menggunakan foto copy tapi walaupun dengan foto copy semangat mereka untuk belajar membaca Alquran sangat luat biasa,"ucapnya.
"Pembelajaran klasikal ini yang menarikperhatian dan sangat memudahkan mualim maupun peserta untuk belajar membaca Alquran dari kalangan anak anak remaja ini insya allah sangat luar biasa antusias dengan belajar di kbma," sambungnya.
lebih lanjut, ia berharap kepada pemerintah agar tetap dan terus meningkatkan kerjasama dalam program pengentasan buta aksara Alquran dan pemerintah juga dapat membantu memberikan bantuan fasilitas proses pembelajaran terutama buku.
"Harapan kami semoga ditahun 2025 ini gerakan yang sekarang menjadi judul dan moto LPQQ indonesia bisa terbantu pengadaaan buku fasilitas pembelajaran,"tutupnya.