REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) memprediksi pergerakan rupiah pada tahun depan berada di kisaran Rp 15.520-Rp 16.100 per dolar AS. Hal itu seiring dengan prediksi indeks dolar AS yang menguat pada tahun depan, seiring dengan kebijakan proteksionisme Presiden AS Donald Trump.
Chief Economist PT BSI Banjaran Surya Indrastomo mengatakan, berdasarkan kajiannya, ia melihat nilai tukar di beberapa negara akan cenderung volatile, seiring dengan Fed Fund Rate (FFR) yang cenderung dovish.
“Penguatan dolar ekspektasinya masih akan terjadi pada tahun depan,” ujar Banjaran dalam acara Sharia Economy Outlook 2025 di Gedung The Tower BSI, Jakarta Selatan, Senin (23/12/2024).
Menurut perhitungannya, indeks dolar pada 2025 diperkirakan bergerak di angka 106. Angka tersebut sedikit lebih rendah dibandingkan perkiraan indeks dolar AS berdasarkan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) sebesar 108.
Banjaran menerangkan Mata Uang Garuda sempat mengalami penguatan, meski belakangan ini bergerak di angka Rp 16 ribu-an. Sebab, terpantau stok dolar masih terus bergulir.
“Sampai dua bulan kemarin kita pusing dengan rupiah yang terus melemah di Rp 16 ribu. It is expected. Kami melihat volatilitas tetap terjaga dan tekanan sentimen eksternal hanya dari AS saja. Jadi kami melihat untuk rupiah pada 2025 forecast-nya akan menguat. Kisarannya Rp 15.520-Rp 16.100 per dolar AS,” terangnya.
Prediksi itu sejalan dengan langkah strategis yang akan dilakukan BI dalam upaya menstabilkan nilai tukar rupiah. Seperti penerbitan Bank Indonesia Rupiah Securities (SRBI) yang terus berlanjut untuk menjadi salah satu instrument menarik uang masuk ke dalam negeri.