Selasa 24 Dec 2024 09:41 WIB

Komunis yang Mabuk Cinta kepada Jamaah Tabligh: Kisah Jenderal Bengis di Thailand Selatan

Jamaah tabligh dikenal mendakwahkan kearifan.

ILUSTRASI Jamaah Tabligh.
Foto: dok wiki
ILUSTRASI Jamaah Tabligh.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Paham komunisme memunculkan perlawanan ekstrem yang mengakibatkan simba darah dan nyawa berjatuhan. Indonesia punya pengalaman pahit demikian, seperti pada peristiwa pemberontakan PKI 1948 dan G 30 S PKI 1965. Gerakan biadab semacam itu membuat jutaan orang termotivasi untuk melawan komunisme.

Tak hanya Indonesia, komunisme juga tumbuh di sejumlah kawasan Asia Tenggara, seperti Kamboja, di tangan tokoh bernama Pol Pot (1925-1998) yang pernah menjabat perdana menteri negara tersebut, komunisme menjadi pandangan hidup warga Kamboja, bil khusus militer negara itu.

Baca Juga

Di era kejayaan Pol Pot ada seorang serdadu yang andal mengerjakan tugas sekaligus ‘kejam’. Sangat mudah baginya menekan pelatuk senjata untuk kemudian memuntahkan ratusan peluru ke arah lawan-lawannya. Lawan tersebut bukan saja tentara, tapi juga rakyat sipil, bahkan anak-anak!

Kisah ini dituturkan oleh seseorang berinisial Z yang tak sengaja penulis temui di bangunan tua warisan Keluarga Bin Thalib di Pasuruan Jawa Timur, dekat dengan Pesantren Sunniyah Salafiyah, Pesantren Sidogiri, dan Pesantren Dalwa, sebulan lalu.

Z berwajah seperti orang China, bermata sipit, berkulit putih bersih, berambut pendek, dengan tinggi tubuh sekitar 170 sentimeter. Di ruang makan bangunan Bin Thalib, dia asyik melahap sepiring nasi berpadu dengan mie goreng dan telur dadar, menu sarapan yang sederhana. Istrinya senang berbelanja di Plaza Indonesia Jakarta.

Pada mulanya dia bercerita tentang Durian Musang King yang kini masyhur di berbagai negara, seperti Indonesia, malaysia, Singapura, Thailand, Brunei, dan sekitarnya. Menurutnya, dahulu disebut durian kunyit. Yang membawa bibit durian itu adalah orang China bernama Chung Chun Seng dari Hokkien. Bibit itu ditanam di Pulau Raya Tanah Merah pada tahun 1790. Berdasarkan keterangan warga di sana, bibit awal yang ditanam di sana memiliki tinggi 95 inchi.

Sebagian bibit itu kemudian mati pada tahun 1974. Namun sebagian lainnya tetap hidup. Bahkan dikembangbiakkan hingga pada 1980, bibit durian itu tersebar ke berbagai kawasan, tumbuh lebat dan berbuah banyak. Bijinya kecil, tapi daging buahnya tebal. Penikmat durian dijamin puas ketika menyantap buah berkulit tajam tersebut.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement