REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Syekh Muhammad Yasin al-Fadani adalah seorang ulama Nusantara yang masyhur dalam sejarah. Meskipun lahir dan wafat di Makkah (Arab Saudi), namanya menunjukkan daerah asalnya yakni Padang, Sumatra Barat.
Ayahnya bernama Syekh Muhammad Isa al-Fadani, yang seorang ulama masyhur di Makkah. Adapun ibundanya bernama Maimunah binti Abdullah al-Fadani.
Pada mulanya, Yasin al-Fadani belajar pada ayahnya dan pamannya sendiri, yakni Syekh Mahmud Engku Hitam al-Fadani. Beberapa tahun kemudian, dia menimba ilmu di Madrasah Ash-Shaulatiyyah al-Hindiyah, Mesir.
Namun, sebuah konflik di internal madrasah itu membuat para pelajar Jawi (Melayu) termasuk dirinya mesti keluar. Seperti kawan-kawannya, dia kemudian pindah ke Madrasah Darul Ulum. Lembaga ini didirikan para tokoh haji asal Nusantara.
Yasin dan kawan-kawan termasuk murid angkatan pertama di sekolah tersebut. Kelak, saat dewasa dia berkesempatan menjadi guru di sini.
Sebagai pengajar di Madrasah Darul Ulum, Syekh Yasin al-Fadani tiap bulan Ramadhan membaca dan memberikan ijazah tentang Kutub al-Sittah kepada para muridnya. Kebiasaan itu bertahan 15 tahun lamanya.
'Gudangnya' sanad
Syekh Yasin al-Fadani dijuluki sebagai “Gudang Sanad Dunia Abad ke-20” atau Musnid ad-Dunya. Untuk diketahui, gelar musnid tidak dapat disematkan begitu saja tanpa pengakuan yang luas. Sebab, itulah tanda bukti kedalaman ilmu seseorang. Artinya, dengan gelar itu seseorang telah diakui luas meriwayatkan hadis lengkap dengan sanadnya.
Gelar lainnya yang kerap disandangkan kepada Syekh Yasin al-Fadani adalah Bahr al-’Ulum (harfiah: samudra ilmu). Sebab, tokoh kelahiran 17 Juni 1915 ini memiliki mata rantai keilmuan (sanad) yang banyak dalam bidang hadis.
Dia diyakini telah mengumpulkan sanad dari ratusan ulama dalam bidang hadis. Syekh Yasin juga memiliki sanad berkenaan dengan kitab-kitab klasik yang sebagian besar telah dia kaji. Sanad dalam hal itu bahkan sampai kepada pengarang aslinya.
View this post on Instagram
Gemar berkelana