Meski gagal membawa pulang rempah-rempah, ekspedisi Cornelis de Houtman membawa pengetahuan jalur pelayaran ke timur. Ekspedisi yang kedua sukses membawa pulang rempah-rempah delapan kapal pada Juni 1599.
Ekspedisi kedua yang dipimpin Jacob van Neck beruntung mendapat sambutan meriah ketika berlabuh di Banten. Orang-orang Banten menangkap De Houtman dan kawan-kawan, mengapa mereka memberikan sambutan meriah kepada Van Neck?
Keberhasilan ekspedisi kedua membuat saudagar-saudagar di Belanda merasa senang. Para saudagar pun berlomba mendirikan serikat dagang, meski masih dalam lingkup yang kecil.
Tujuannya agar mereka memiliki modal yang cukup untuk memborong rempah-rempah dari Maluku. Tapi mereka masih kalah bersaing dengan Portugis yang sudah lama memonopoli rempah-rempah Maluku.
Maka, kesadaran baru pun muncul. Mereka perlu membentuk serikat dagang yang lebih besar agar bisa bersaing dengan Portugis.
Maka, pada 1602, dibentuklah Verenigde Oost-Indische Compagne (VOC). “Serikat dagang tersebut berwatak semi-pemerintah,” tulis Slamet Muljana di buku Runtuhnja Keradjaan Hindu-Djawa dan Timbulnja Negara-Negara Islam di Nusantara yang terbit pada 1968.
Pemerintah Belanda mempersenjatai dan melindungi serikat dagang ini. Ia menjadi satu-satunya serikat dagang Belanda yang beroperasi di Indonesia saat itu.
“Selain kapal-kapal VOC tidak ada kapal Belanda yang diizinkan berlayar ke Indonesia. VOC dikuasakan untuk mengadakan perjanjian dagang, berperang, dan berdamai dengan raja-raja/pembesar-pembesar di Indonesia,” tulis Slamet Muljana.
Serikat-serikat dagang kecil yang sudah ada sebelumnya pun bergabung dengan VOC. VOC yang di Indonesia dikenal dengan sebutan Kompeni itu pun dalam waktu singkat mampu mengumpulkan modal 5,6 juta gulden.
“Tiap orang boleh meminjamkan uang kepada VOC,” lanjut Slamet Muljana.
Laksamana Van Warwijk memimpin 11 kapal VOC yang berlayar ke Indonesia untuk pertama kalinya. Selain membuat perjanjian dengan dengan Maluku, Van Warwijk juga membuat perjanjian dagang dengan Hindustan dan Srilanka.
Di Johor, armada Van Warwijk mendapar sambutan baik karena memberi senjata kepada Sultan Johor. Tujuannya agar digunakan untuk melawan Portugis.
Van Warwijk mendapat izin mendirikan loji di Kedah. Ketika tiba di Banten dan Gresik, ia juga mendapat izin mendirikan loji.
Pada waktu Van Neck memimpin ekspedisi kedua sebelum VOC didirikan, ia memborong rempah-rempah di empat kapal yang djual di Banten. Ia beruntung saat tiba di Banten ada empat kapal penuh rempah sedang berlabuh di Banten.
Empat kapal lagi kemudian melanjutkan perjalanan ke Maluku. Dari Maluku Belanda juga bisa memenuhi empat kapalnya dengan rempah, berbeda dengan ekspedisi pertama dan kedua yang gagal membawa pulang rempah.
Saat delapan kapal yang dibawa Van Neck yang berangkat dari Belanda pada 1 Mei 1597 itu tiba di Banten, orang-orang Banten menyambutnya dengan meriah. “Karena orang-orang Banten pada waktu itu sedang bersengketa dengan orang-orang Portugus,” tulis Slamet Muljana.
Maka, kedatangan orang-orang Belanda menjadi kesempatan bagus bagi orang-orang Banten, sebab Belanda juga membenci Portugis. Belanda tak ingin Portugis terus-menerus memonopoli perdagangan rempah-rempah.
Portugis pun tidak menyukai kehadiran Belanda di Nusantara, karena dapat menganggu monopoli perdagnagn rempah-rempah. Persaingan Belanda-Portugis itu, menurut Slamet Muljana, telah menguntungkan orang-orang Maluku.
Sebab, mereka telah membuat harga rempah-rempah di Maluku meningkat. “Persaingan itu menguntungkan pihak penghasil rempah-rempah,” tulis Slamet Muljana.
Ma Roejan