INFOREMAJA.ID - Amerika Serikat banyak menerima kebudayaan dari negara lain, bahkan diakui secara nasional pada negara tersebut. Salah satunya adalah Kwanzaa, suatu perayaan budaya dari masyarakat Afrika, yang bermukim di AS.
Kwanzaa memiliki cerita tersendiri yang tumbuh dan berkembang di AS. Bahkan masarakat Afrika yang bermukim di sana ikut merayakan kebudayaan khasnya tersebut.
Lantas seperti apa cerita Kwanzaa di AS, hingga diakui secara nasional?
Hal itu bermula pada awal berdirinya Kwanzaa, pada tahun 1966 di AS. Kwanzaa adalah kebudayaan yang dirayakan atas dasar Gerakan Kebebasan Kulit Hitam pada tahun 1960an.
Budaya Kwanzaa dirayakan untuk masyakarat Afrika di AS, yang dipisahkan oleh permasalahan perdagangan budak. Artinya, Kwanzaa memiliki dasar persatuan dalam melawan penindasan dan pembebasan.
Sosok penting dibalik berdirinya budaya Kwanzaa adalah Maulana Karenga, yang mengukuhkan budaya tersebut menjadi hari libur serta diakui secara nasional di AS.
“Kwanzaa juga dibentuk oleh dekade yang menentukan perjuangan keras untuk kebebasan, keadilan, dan barang-barang terkait yang dilancarkan oleh orang Afrika dan orang-orang kulit berwarna lainnya di seluruh dunia pada tahun 1960-an,” sebutnya dikutip dari AP, pada Senin (24/12/2024).
“Dengan demikian, Kwanzaa muncul, membumi, dan tumbuh sebagai tindakan kebebasan, instrumen kebebasan, perayaan kebebasan, dan praktik kebebasan,” sambung Maulana.
Kwanzaa merupakan budaya yang sering diadakan setelah Natal hingga malam tahun baru. Proses berlangsungnya budaya ini dilaksanakan selama tujuh hari.
Waktu tersebut juga merepresentasikan tujuh huruf dari Kwanzaa itu sendiri. Uniknya, tujuh prinsip yang ada di dalam Kwanzaa disebut sebagai Nguzo Saba.
Bahkan, budaya tersebut memiliki tujuh prinsip, yaitu Umoja (Persatuan), Kujichagulia (Penentuan Nasib Sendiri), Ujima (Kerja Bersama dan Tanggung Jawab), Ujamaa (Ekonomi Koperasi), Nia (Tujuan), Kuumba (Kreativitas), dan Imani (Keyakinan).
Selain proses perayaan....
Selain proses perayaan Kwanzaa yang memakan waktu tujuh hari, hal yang sama juga direpresentasikan ke dalam lilin pada acara tersebut, yang disebut Kinara.
Dalam prosesnya, satu lilin kinara dinyalakan setiap malam perayaan. Menariknya, tujuh lilin dalam budaya tersebut juga merepresentasikan bendera Kwanzaa.
Bendera Kwanzaa juga memiliki warna yang bermakna, Hitam melambangkan rakyat, merah melambangkan perjuangan, dan hijau melambangkan harapan.
Budaya Kwanzaa di AS banyak dirayakan pada beberapa kota-kota besar. Di antaranya Los Angeles, Atlanta hingga negara bagian lainnya.
Kebudayaan tersebut menampilkan kesenian dari berbagai macam, mulai dari musik, tari, hingga dongeng.
Kwanzaa tidak hanya dirayakan secara besar-besaran, namun ada juga masyarakat Afrika yang merayakannya di rumah.
Perayaan ini dilakukan untuk keberlangsungan masa depan anak-anak, yang mana merekalah kunci penting untuk meneruskan kelangsungan hidup dan tradisi asalnya.
Tidak hanya merayakannya dengan kesenian, Kwanzaa juga dirayakan dengan membagikan makanan khas Afrika-Amerika, dengan nama Paramu.
Ini merupakan tradisi dimana semua masyarakat menyajikan santapan kepada seluruh perantau Afrika yang bermukim di AS. Makanan yang dihidangkan sangat beragam, meliputi pie ubi jalar, dan nasi Jollof.