REPUBLIKA.CO.ID,GAZA – Seorang bayi perempuan mati kedinginan semalam di Gaza. Bayi berusia tiga minggu itu adalah bayi ketiga yang meninggal karena kedinginan di tenda-tenda Gaza dalam beberapa hari terakhir.
Kematian tersebut semakin menegaskan kondisi yang mengenaskan, dengan ratusan ribu warga Palestina berdesakan di tenda-tenda yang seringkali bobrok setelah melarikan diri dari serangan Israel. Pengeboman dan invasi darat Israel ke Gaza telah menewaskan lebih dari 45.000 warga Palestina, lebih dari setengahnya adalah perempuan dan anak-anak, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.
Serangan tersebut telah menyebabkan kehancuran yang luas dan membuat sekitar 90 persen dari 2,3 juta penduduk Gaza mengungsi, kerap berkali-kali. Ratusan ribu orang mengungsi di tenda-tenda di sepanjang pantai saat musim dingin dan basah mulai tiba. Kelompok-kelompok bantuan telah berjuang untuk mengirimkan makanan dan perbekalan dan mengatakan ada kekurangan selimut, pakaian hangat dan kayu bakar.
Ayah dari Sila yang berusia tiga minggu, Mahmoud al-Faseeh, membungkusnya dengan selimut untuk mencoba menghangatkannya di tenda mereka di daerah Muwasi di luar kota Khan Younis, tapi tidak cukup, katanya kepada the Associated Press. Dia mengatakan tenda tersebut tidak tertutup dari angin dan tanah menjadi dingin, karena suhu pada Selasa malam turun hingga 9 derajat Celsius. Muwasi adalah daerah bukit pasir dan lahan pertanian terpencil di pantai Mediterania Gaza.
“Saat itu cuaca sangat dingin dalam semalam dan sebagai orang dewasa kami bahkan tidak kuat menahan dingin. Kami tidak bisa tetap hangat,” katanya. Sila terbangun sambil menangis tiga kali dalam semalam dan keesokan paginya mereka menemukannya tidak sadarkan diri, tubuhnya kaku. “Dia seperti kayu,” kata al-Faseeh.
Mereka segera membawanya ke rumah sakit darurat dan dokter mencoba menyelamatkannya, namun kondisi paru-parunya sudah memburuk. Gambar Sila yang diambil AP memperlihatkan gadis kecil dengan bibir ungu, kulit pucatnya bercak.
Sila al-Fasih, a baby girl, tragically passed away this morning due to cold and lack of warmth in the displacement tents in the Mawasi Khan Younis area, southern Gaza. pic.twitter.com/BbDTuMRmBA
— Quds News Network (QudsNen) December 25, 2024
Ahmed al-Farra, direktur bangsal anak-anak di Rumah Sakit Nasser di Khan Younis, membenarkan bahwa bayi tersebut meninggal karena hipotermia. Dia mengatakan dua bayi lainnya – satu berusia tiga hari, yang lainnya berusia satu bulan – telah dibawa ke rumah sakit selama 48 jam terakhir setelah meninggal karena hipotermia.
Selain kedinginan, jumlah kematian akibat kelaparan kemungkinan akan melampaui tingkat kelaparan di Gaza utara pada bulan depan karena “blokade hampir total” Israel terhadap makanan dan bantuan lainnya, kata lembaga pemantau krisis pangan global yang dibentuk Amerika Serikat pada Selasa. Temuan Famine Early Warning System Network tampaknya mengungkap keretakan dalam pemerintahan Biden mengenai tingkat kelaparan di Gaza utara.
Gaza Utara telah menjadi salah satu daerah yang paling terkena dampak pertempuran dan pembatasan bantuan Israel selama 14 bulan agresi Israel. Israel pernah meningkatkan jumlah pengiriman bantuan yang diizinkan ke Gaza utara di bawah tekanan dari Presiden Joe Biden. Namun PBB dan kelompok bantuan mengatakan Israel baru-baru ini kembali memblokir hampir semua bantuan. Hanya sembilan truk PBB yang mampu membawa makanan dan air selama dua setengah bulan terakhir, kata Oxfam.