REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Islam mengajarkan umatnya agar berbuat baik tanpa memandang status sosial, termasuk pada para pembantu. Nabi Muhammad SAW menyuruh para pengikutnya agar mendidik dan mengajari budak yang mereka miliki.
Rasulullah SAW bersabda, "Siapa yang memiliki budak, maka ia harus mengajarinya dan memperlakukannya dengan baik serta mengawinkannya (mengizinkannya menikah). Dengan demikian, ia mendapatkan kebaikan di dunia dan di akhirat kelak” (HR Abu Dawud).
Seorang sahabat Nabi, Muadz bin Jabal, masyhur akan kealimannya. Mengikuti pesan Rasulullah SAW, ia pun mengajarkan ilmu-ilmu agama Islam kepada para budaknya.
Ada tiga orang hamba sahaya yang pada waktu mudanya diajari oleh Muadz bin Jabal. Kelak ketika dewasa, mereka menjadi alim ulama yang terkemuka di tengah umat Islam.
Ketiga ulama hasil gemblengan Muadz bin Jabal ialah Mujahid bin Jabar, Atha bin Abu Rabah, dan Thawus bin Kaisan. "Yang mana mereka bertiga berasal dari kalangan budak," kata Syekh Manan Al-Kaththan dalam kitab Tarikh Tasyri.
View this post on Instagram
Mujahid bin Jabar tergolong bangsa Afrika. Saat dewasa, ia sempat hijrah ke Mesir atas permintaan gubernur setempat, Amr bin Ash, dan dengan restu khalifah Umar bin Khattab. Kaum Muslimin begitu menghormati alim berkulit gelap ini. Ia wafat dalam keadaan sujud saat berusia 83 tahun.
Atha bin Abu Rabah tak hanya berguru pada Muadz bin Jabal, tetapi juga beberapa sahabat Nabi lainnya semisal Abdullah bin Abbas. Sesudah mendapatkan kemerdekaan dari seorang perempuan warga Makkah, ia pun berkelana untuk mencari ilmu ke berbagai kota. Masyarakat mengenangnya sebagai fakih dan ahli tafsir Alquran. Bahkan, Imam Syafii tatkala menulis kitab Al-Umm pun menukil pemikiran fikih dari sang alim yang mantan budak tersebut.