Ahad 29 Dec 2024 18:57 WIB

Natal Disebut Jadi Momen Perekat Persatuan Bangsa Bangsa Pasca-Pemilu

Romo Martinus Joko merasa bangga dengan keberagaman yang dimiliki Indonesia.

Presiden Prabowo Subianto (ketiga kanan) didampingi Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka (kanan) dan Menteri Agama Nasaruddin Umar (kedua kanan) menyapa peserta saat menghadiri acara Perayaan Natal Nasional 2024 di Indonesia Arena, GBK, Jakarta, Sabtu (28/12/2024). Perayaan Natal nasional 2024 mengangkat tema Marilah Sekarang Kita Pergi ke Betlehem.
Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Presiden Prabowo Subianto (ketiga kanan) didampingi Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka (kanan) dan Menteri Agama Nasaruddin Umar (kedua kanan) menyapa peserta saat menghadiri acara Perayaan Natal Nasional 2024 di Indonesia Arena, GBK, Jakarta, Sabtu (28/12/2024). Perayaan Natal nasional 2024 mengangkat tema Marilah Sekarang Kita Pergi ke Betlehem.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Momentum Hari Natal tidak hanya dapat meningkatkan religiusitas umat Kristiani, namun mampu menjadi perekat persatuan anak bangsa pasca Pilkada dan Pilpres 2024. 

“Natal tahun ini adalah momen untuk kembali merekatkan persatuan dan perjuangan bersama dalam merajut perdamaian Indonesia. Semoga perayaan Natal dan Tahun Baru 2025 dalam lancar dan kondusif," ujar tokoh agama Katolik, Romo Martinus Joko Lelono di Yogyakarta, Selasa (24/12/2024).

“Sekarang kita memasuki masa perjuangan, kita tetap memelihara persatuan, tidak apa pilihan berbeda yang penting adalah sekarang kita bekerja bersama untuk Indonesia," katanya menambahkan.

Namun, ia mengingatkan, akhir tahun biasanya muncul narasi maupun ancaman teror dari kelompok tertentu. Apalagi kristalisasi perbedaan saat Pilkada dan Pilpres bisa memperkeruh keadaan.  

Untuk itu, akademisi Universitas Sanata Dharma ini mengimbau kepada umat Kristiani agar tetap tenang, fokus ibadah, tidak terprovokasi, karena itu hanyalah riak kecil yang kerap terjadi. Banyak masyarakat lain yang menjaga, yang tetap mengedepankan rasa cinta damai dan kebinekaan.

"Kita lebih menyadari bahwa lebih banyak orang yang percaya akan keberagaman. Jadi satu dua masalah tidak bisa mengeneralisir semua orang, banyak orang lebih mengakui persaudaraan dan perbedaan," kata Romo Martinus Joko.

Romo Martinus Joko merasa bangga dengan keberagaman yang dimiliki Indonesia. Di Indonesia, beragam budaya dan kelompok keagamaan yang tumbuh di Indonesia. Banyak dari organisasi masyarakat (ormas) agama Islam misalnya, ada yang membantu menjaga keamanan dan ketertiban ibadah Natal. Ini hal perlu dipupuk untuk kehidupan bersama yang lebih indah dan harmoni.

“Satu hal yang kita kagumi dari Indonesia sekarang kita memiliki banyak sekali elemen masyarakat yang ikut menjaga Indonesia kita punya ormas ormas keagamaan, ada Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) yang ikut menjaga,” kata Penulis buku Menjadi Indonesia ini.

Lebih lanjut, Romo Martinus Joko mengingatkan indahnya hidup berdampingan. “Dengan hidup bersama, kita bisa saling membantu dan menebar kasih sayang untuk semesta. Maka Natal ini menurut saya indah di Indonesia karena perayaan ini menjadi perayaan bersama tidak hanya Katolik saja,” tambah Romo Martinus Joko. 

Oleh karena itu, Romo Martinus Joko mengatakan perlunya ruang pluralitas di masyarakat, agar masyarakat bisa bertemu, berbaur dan saling berdiskusi. Misalnya youth camp, dialog lintas agama atau kegiatan gotong royong. Hal ini penting dilakukan untuk membangun trust, dan memupuk rasa kebersamaan sebagai satu identitas bangsa yang dapat menjaga satu sama lain. 

“Kita perlu hidup bersama, dan hidup bersama dapat menjaga kita," ujar Romo Martinus Joko. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
سَيَقُوْلُ الْمُخَلَّفُوْنَ اِذَا انْطَلَقْتُمْ اِلٰى مَغَانِمَ لِتَأْخُذُوْهَا ذَرُوْنَا نَتَّبِعْكُمْ ۚ يُرِيْدُوْنَ اَنْ يُّبَدِّلُوْا كَلٰمَ اللّٰهِ ۗ قُلْ لَّنْ تَتَّبِعُوْنَا كَذٰلِكُمْ قَالَ اللّٰهُ مِنْ قَبْلُ ۖفَسَيَقُوْلُوْنَ بَلْ تَحْسُدُوْنَنَا ۗ بَلْ كَانُوْا لَا يَفْقَهُوْنَ اِلَّا قَلِيْلًا
Apabila kamu berangkat untuk mengambil barang rampasan, orang-orang Badui yang tertinggal itu akan berkata, “Biarkanlah kami mengikuti kamu.” Mereka hendak mengubah janji Allah. Katakanlah, “Kamu sekali-kali tidak (boleh) mengikuti kami. Demikianlah yang telah ditetapkan Allah sejak semula.” Maka mereka akan berkata, “Sebenarnya kamu dengki kepada kami.” Padahal mereka tidak mengerti melainkan sedikit sekali.

(QS. Al-Fath ayat 15)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement