Ahad 29 Dec 2024 20:01 WIB

Pengacara Ungkap Aipda Robig Alami Gangguan Psikis

Aipda Robig mengalami gangguan psikis akibat tekanan opini publik.

Rep: Kamran Dikrama/ Red: Andri Saubani
Terduga pelaku penembakan siswa SMK Aipda Robig Zaenudin (kedua kiri) digiring petugas memasuki ruang sidang kode etik kasus tersebut di Mapolda Polda Jateng, Semarang, Jawa Tengah, Senin (9/12/2024). Sidang kode etik tersebut beragenda pembacaan putusan terkait tindakan berlebihan atau excessive action yang diduga dilakukan Aipda Robig Zaenudin dengan menembak mati korban Gamma Rizkynata Oktafandy (16) pada Ahad (24/11/2024) dini hari.
Foto: ANTARA FOTO/Makna Zaezar
Terduga pelaku penembakan siswa SMK Aipda Robig Zaenudin (kedua kiri) digiring petugas memasuki ruang sidang kode etik kasus tersebut di Mapolda Polda Jateng, Semarang, Jawa Tengah, Senin (9/12/2024). Sidang kode etik tersebut beragenda pembacaan putusan terkait tindakan berlebihan atau excessive action yang diduga dilakukan Aipda Robig Zaenudin dengan menembak mati korban Gamma Rizkynata Oktafandy (16) pada Ahad (24/11/2024) dini hari.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Kuasa hukum Aipda Robig Zaenudin, Herry Darman, mengungkapkan kliennya mengalami gangguan psikis akibat tekanan opini publik. Aipda Robig adalah tersangka penembakan tiga siswa SMKN 4 Semarang yang menyebabkan satu di antaranya tewas.

Herry menyadari, dalam kasus penembakan oleh kliennya, publik mempertanyakan kesahihan kronologi peristiwa, termasuk terkait apakah ada tawuran sebelum penembakan. Dia menyebut, hal itu nanti akan dibuka secara gamblang di pengadilan.

Baca Juga

"Setelah kita buka di pengadilan, barulah masyarakat ataupun media bisa menilai," kata Herry ketika diwawancara media, Ahad (29/12/2024).

Namun, Herry mengatakan bahwa opini publik yang menyudutkan Aipda Robig membuat kliennya mengalami gangguan psikis. "Tentu opini-opini publik ini terhadap klien kami sangat luar biasa. Jadi tekanan-tekanan yang dihadapi klien kami, terus dia merasa psikis juga terganggu, nah tentu di sini kami akan membela hak-hak hukumnya di hadapan pengadilan," ucapnya.

Herry mengungkapkan, Aipda Robig akan menghadiri rekonstruksi peristiwa penembakan yang diagendakan digelar Polda Jateng pada Senin (30/12/2024). Herry bersama enam kuasa hukum Aipda Robig lainnya bakal turut mengikuti proses rekonstruksi tersebut.

"Kami sudah mendapatkan informasi dan sudah diberi tahu oleh penyidik, besok Senin akan dilakukan rekonstruksi terhadap klien kami, yaitu Robig Zaenudin. Insya Allah semua tim advokatnya Robig Zaenudin, ketujuhnya, kami berusaha untuk melihat kronologis kejadian," kata Herry.

Menurutnya, pada proses rekonstruksi tersebut nantinya bisa dilihat apakah ada hal yang ditutup-tutupi dalam peristiwa penembakan atau tidak. Herry menyampaikan hal tersebut karena ada dugaan yang sudah tersebar di publik bahwa kepolisian berusaha merekayasa kasus penembakan Aipda Robig.

"Rekan-rekan media bisa melihat apakah ada sesuatu yang ditutupi ataupun apakah ada rekayasa, nanti kan itu bisa dilihat oleh rekan-rekan media semua. Tentu saya sangat yakin apa yang dilakukan oleh penyidik Polda Jawa Tengah, pastilah ini sudah menjadi konsumsi publik, tentu pihak penyidik Polda tentu akan berlaku secara proporsional dalam penanganan perkara klien kami ini," ucap Herman.

Dia pun mengimbau masyarakat untuk tetap tenang selama penanganan kasus penembakan Aipda Robig berlangsung. "Percayakan kepada penyidik Polda. Mudah-mudahan nanti kami selaku lawyer, jika perkara ini sudah dilimpahkan P21 untuk menghadapi persidangan, di situlah pokok perkara, substansi hukum, akan dibuka seterang-terangnya," ujarnya.

Saat ini Aipda Robig sudah berstatus tersangka dalam kasus penembakan yang dilakukannya terhadap tiga siswa SMKN 4 Semarang. Dia dijerat Pasal 338 dan Pasal 351 KUHP tentang pembunuhan dan penganiayaan. Pasal lain yang dituduhkan kepadanya adalah Pasal 80 ayat (3) juncto Pasal 76C Undang-Undang (UU) No.35/2024 tentang Perubahan atas UU No.23/2002 tentang Perlindungan Anak. Dia terancam hukuman 15 tahun penjara.

Aipda Robig juga telah menjalani sidang etik Bidpropam Polda Jateng dan dijatuhi hukuman pemberhentian tidak dengan hormat (PTDH). Dia mengajukan banding atas putusan sidang etiknya. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
سَيَقُوْلُ الْمُخَلَّفُوْنَ اِذَا انْطَلَقْتُمْ اِلٰى مَغَانِمَ لِتَأْخُذُوْهَا ذَرُوْنَا نَتَّبِعْكُمْ ۚ يُرِيْدُوْنَ اَنْ يُّبَدِّلُوْا كَلٰمَ اللّٰهِ ۗ قُلْ لَّنْ تَتَّبِعُوْنَا كَذٰلِكُمْ قَالَ اللّٰهُ مِنْ قَبْلُ ۖفَسَيَقُوْلُوْنَ بَلْ تَحْسُدُوْنَنَا ۗ بَلْ كَانُوْا لَا يَفْقَهُوْنَ اِلَّا قَلِيْلًا
Apabila kamu berangkat untuk mengambil barang rampasan, orang-orang Badui yang tertinggal itu akan berkata, “Biarkanlah kami mengikuti kamu.” Mereka hendak mengubah janji Allah. Katakanlah, “Kamu sekali-kali tidak (boleh) mengikuti kami. Demikianlah yang telah ditetapkan Allah sejak semula.” Maka mereka akan berkata, “Sebenarnya kamu dengki kepada kami.” Padahal mereka tidak mengerti melainkan sedikit sekali.

(QS. Al-Fath ayat 15)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement