REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Usulan presiden terpilih AS Donald Trump agar warga asing yang lulus dari perguruan tinggi di negara itu secara otomatis diberikan izin tinggal permanen (green card) telah memicu kontroversi. Pernyataan Trump itu muncul dalam video wawancara di All-In Podcast pada Juni.
“Yang ingin saya lakukan, dan yang akan saya lakukan, adalah jika Anda lulus dari perguruan tinggi, menurut saya, Anda seharusnya otomatis mendapatkan green card sebagai bagian dari ijazah Anda, sehingga Anda bisa tetap tinggal di negara ini,” kata Trump.
Pada Jumat (27/12/2024), cuplikan video wawancara itu menjadi viral di platform X dan dibagikan kembali oleh miliarder Elon Musk. Musk membantu Trump memenangi pemilu bulan lalu dan tampaknya memiliki pengaruh besar terhadap presiden terpilih tersebut.
Musk—pemilik Tesla, SpaceX, dan platform X— sebelumnya mengatakan bahwa pekerja asing yang terampil sangat dibutuhkan di AS, terutama dalam industri teknologi. Tingginya perhatian publik terhadap pernyataan Trump itu kembali menyorot kebijakan imigrasi dan tenaga kerja, yang memicu perdebatan serupa di masa jabatan pertamanya.
Dalam siniar tersebut, Trump menambahkan bahwa usulan itu juga berlaku bagi lulusan program diploma. “Siapa pun yang lulus dari perguruan tinggi—dua tahun, empat tahun, atau mendapat gelar doktor—seharusnya bisa tetap tinggal di negara ini.”
Para analis mengatakan bahwa usulan itu dimaksudkan untuk mengatasi “brain drain” (kaburnya tenaga ahli ke negara lain) dengan memastikan orang-orang berbakat tetap tinggal di AS setelah lulus kuliah.
Trump juga menyoroti manfaat ekonomi dari upaya ini. Dia berdalih bahwa kontribusi inovatif dan kewirausahaan para lulusan ini bisa mendorong pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan kesejahteraan.
Namun, banyak pendukung Trump menentang usulan itu dengan berdalih bahwa imigran baru akan mengambil pekerjaan warga negara AS. Situasi itu dinilai bisa memicu perpecahan di antara pendukung Trump.
Usulan itu juga menjadi sorotan ketika banyak universitas di AS memperingatkan mahasiswa mereka untuk kembali ke AS lebih awal. Mereka khawatir Trump akan memberlakukan larangan perjalanan dari sejumlah negara usai dilantik pada 20 Januari.
CNN melaporkan universitas-universitas ternama di AS, termasuk Universitas New York yang memiliki jumlah mahasiswa asing terbanyak, telah meminta mahasiswanya untuk kembali ke AS sebelum pelantikan Trump karena kekhawatiran serupa.
Mahasiswa asing di AS biasanya memegang visa non-imigran yang memungkinkan mereka bisa belajar di AS. Namun, visa tersebut tidak menjamin mereka bisa tinggal secara permanen di negara itu.
Pada 2017, di masa jabatannya yang pertama, Trump memberlakukan pembatasan perjalanan ke AS bagi warga asing dari sejumlah negara. Kebijakan yang dijuluki sebagai “larangan Muslim” itu memicu kemarahan publik sebelum dibatalkan oleh pengadilan.