Senin 30 Dec 2024 04:00 WIB

Mengapa Disebut Ahlus Sunnah, Bukan Ahlul Quran? Begini Penjelasan Prof M Baharun

Prof M Baharun jelaskan Ahlus Sunnah merupakan kelompok pengamal akhlak Nabi Muhammad

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Erdy Nasrul
Prof Mohammad Baharun
Foto: Erdy Nasrul/Republika
Prof Mohammad Baharun

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kebanyakan penganut Islam atau Muslim di Indonesia berpedoman kepada Ahlus Sunnal wal Jamaah (Aswaja). Mengapa disebut Ahlus Sunnah, bukan Ahlul Quran?

Pertanyaan itu menyeruak dalam pengajian Majelis Al-Hassan di Condet Jakarta Timur pada Ahad (29/12/2024). Guru Besar Agama dan Filsafat Prof Mohammad Baharun menjelaskan ada sejumlah hal yang menjadi alasan mengapa disebut Ahlus Sunnah wal Jamaah, bukan ahlul Quran.

Baca Juga

Pertama, suatu ketika Aisyah pernah ditanya bagaimana akhlak Muhammad. Kemudian ibu orang-orang beriman itu menjawab, “Kaana khuluquhul quran (Akhlak Nabi Muhammad adalah Alquran).”

Kesabaran nabi merupakan realisasi Alquran. Dia bersabar saat dihujani batu oleh orang-orang kafir Thaif, meski kepalanya bocor. Kemudian dalam persembunyian dan peristirahatannya, malaikat turun dari langit dan menghadap kepadanya, meminta persetujuan Nabi Muhammad untuk membalikkan bumi Thaif. Namun Nabi melarang hal itu, karena keyakinan Nabi Muhammad, kelak di masa yang akan datang, orang-orang Thaif akan beriman dan dari rahim wanita Thaif akan lahir banyak orang beriman. Optimisme Nabi Muhammad itu pun benar terjadi.

Nabi Muhammad istikamah menyuapkan nasi kepada orang Yahudi tua dan buta di dekat Masjid Nabawi, meski orang itu selalu menghina Nabi Muhammad. Hingga suatu ketika, Nabi wafat. Kemudian Khalifah Abu Bakar menggantikan posisi Nabi menyuapkan makanan ke mulut orang tua itu. Namun, si orang tua tersebut menolak suapan Abu Bakar. Dia tahu betul bahwa saat itu yang menyuapkannya makanan bukanlah orang yang biasa melakukan itu.

Abu Bakar kemudian bersedih, lalu memberitahukan bahwa orang yang biasa menyuapkan makanan ke mulut si orang tua adalah Nabi Muhammad yang sudah wafat. Lalu orang tua itu bersedih hingga akhirnya memutuskan untuk bersyahadat.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
سَيَقُوْلُ الْمُخَلَّفُوْنَ اِذَا انْطَلَقْتُمْ اِلٰى مَغَانِمَ لِتَأْخُذُوْهَا ذَرُوْنَا نَتَّبِعْكُمْ ۚ يُرِيْدُوْنَ اَنْ يُّبَدِّلُوْا كَلٰمَ اللّٰهِ ۗ قُلْ لَّنْ تَتَّبِعُوْنَا كَذٰلِكُمْ قَالَ اللّٰهُ مِنْ قَبْلُ ۖفَسَيَقُوْلُوْنَ بَلْ تَحْسُدُوْنَنَا ۗ بَلْ كَانُوْا لَا يَفْقَهُوْنَ اِلَّا قَلِيْلًا
Apabila kamu berangkat untuk mengambil barang rampasan, orang-orang Badui yang tertinggal itu akan berkata, “Biarkanlah kami mengikuti kamu.” Mereka hendak mengubah janji Allah. Katakanlah, “Kamu sekali-kali tidak (boleh) mengikuti kami. Demikianlah yang telah ditetapkan Allah sejak semula.” Maka mereka akan berkata, “Sebenarnya kamu dengki kepada kami.” Padahal mereka tidak mengerti melainkan sedikit sekali.

(QS. Al-Fath ayat 15)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement