Senin 30 Dec 2024 04:57 WIB

Doa Nabi Muhammad di Pagi Hari, Memohon Tiga Hal Ini

Salah satu amalan utama adalah berdzikir pada waktu pagi usai subuh.

Jamaah haji mendaki Jabal Nur untuk berziarah dan berdoa di Makkah.
Foto: Republika/Muhyiddin
Jamaah haji mendaki Jabal Nur untuk berziarah dan berdoa di Makkah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam Al-Adzkar An-Nawawiyah, Imam Nawawi menjelaskan, salah satu amalan utama adalah berdzikir pada waktu pagi usai subuh. Mengawali hari dengan banyak-banyak mengingat Allah dan bermunajat kepada-Nya akan mempengaruhi rutinitas dan, pada akhirnya, perilaku seorang Muslim.

Di antara doa-doa yang dipanjatkan Nabi Muhammad SAW pada waktu pagi terekam dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ummu Salamah.

Baca Juga

Doa Nabi Muhammad di Pagi Hari

أنَّ النَّبيَّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم كان إذا أصبَح قال: اللَّهمَّ إنِّي أسأَلُكَ عِلمًا نافعًا، ورِزْقًا طيِّبًا، وعمَلًا مُتقَبَّلًا

Allahumma inni as-aluka 'ilman naafi'an wa rizqan thayyiban wa 'amalan mutaqobbalan.

Artinya, "Ya Allah, sungguh aku memohon kepada Engkau ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik, dan amalan yang diterima" (HR Ibnu Majah).

Doa tersebut berisi tiga permohonan yang sangat penting digapai oleh setiap Mukmin.

1. Ilmu yang bermanfaat ('ilman nafi'an). Siapa pun kita, terutama yang sedang menuntut ilmu, tentu sangat menginginkan kemanfaatan ilmunya. Ilmu yang bermanfaat tidak sekadar ilmu yang banyak, tetapi lebih dari itu, pengetahuan yang diperoleh dapat memberikan kemanfaatan bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat, bahkan bangsa dan agamanya.

Kemanfaatan ilmu itu dapat diukur dengan seberapa besar kebaikan ilmu dapat dirasakan oleh diri dan orang lain. Bukan ilmu yang merusak dan menyengsarakan umat, apa pun dalih dan profesinya.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

 

sumber : Pusat Data Republika
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
سَيَقُوْلُ الْمُخَلَّفُوْنَ اِذَا انْطَلَقْتُمْ اِلٰى مَغَانِمَ لِتَأْخُذُوْهَا ذَرُوْنَا نَتَّبِعْكُمْ ۚ يُرِيْدُوْنَ اَنْ يُّبَدِّلُوْا كَلٰمَ اللّٰهِ ۗ قُلْ لَّنْ تَتَّبِعُوْنَا كَذٰلِكُمْ قَالَ اللّٰهُ مِنْ قَبْلُ ۖفَسَيَقُوْلُوْنَ بَلْ تَحْسُدُوْنَنَا ۗ بَلْ كَانُوْا لَا يَفْقَهُوْنَ اِلَّا قَلِيْلًا
Apabila kamu berangkat untuk mengambil barang rampasan, orang-orang Badui yang tertinggal itu akan berkata, “Biarkanlah kami mengikuti kamu.” Mereka hendak mengubah janji Allah. Katakanlah, “Kamu sekali-kali tidak (boleh) mengikuti kami. Demikianlah yang telah ditetapkan Allah sejak semula.” Maka mereka akan berkata, “Sebenarnya kamu dengki kepada kami.” Padahal mereka tidak mengerti melainkan sedikit sekali.

(QS. Al-Fath ayat 15)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement