MAGENTA -- Nabi Musa AS adalah sosok terhormat dan seorang pemimpin cerdas yang penuh inspirasi. Meski umatnya berwatak kasar dan sering bimbang dalam menghadapi persoalan, Musa tetap mampu menjadi pemimpin yang bijak dan lurus.
Musa juga memiliki sejumlah keistimewaan tiada duanya, dan kemampuan tingkat tinggi. Orang dengan kapasitas seperti ini tentu secara spontan menghadapi orang lain dengan tindakan yang sesuai dengan kepribadiannya.
Dinukil dari buku Kisah-Kisah Nubuat dari Nabi SAW oleh Umar Sulaiman Abdullah Al-Asyqar, ketika malaikat maut datang kepada Musa dan meminta izin untuk mencabut nyawanya, Musa menamparnya dengan keras hingga mata malaikat maut berwujud manusia itu terlepas.
BACA JUGA: Bolehkah Umat Islam Ucapkan Selamat Natal dan Bertukar Kartu Ucapan?
Malaikat yang datang memberi pilihan kepada Musa antara pindah ke haribaan Rabbnya atau tetap bertahan di dunia dalam waktu yang lama sebelum kematian datang kepadanya.
Kemudian, malaikat maut kembali kepada Rabbnya, mengadukan perlakuan Musa terhadapnya. Allah SWT memerintahkan malaikat maut untuk kembali kepada Musa, dan meminta Musa meletakkan tangan di punggung kerbau, lalu menghitung berapa banyak bulu yang tertutup tangannya.
Selanjutnya, setiap bulu yang tertutup tangannya menjadi satu tahun usia baginya, sehingga tahun-tahun ajalnya sebanyak bilangan bulu-bulu tersebut atau ia mendapatkan kehidupan yang panjang. Andaikan Musa mau melakukan permintaan itu, tentu Musa masih hidup hingga saat ini.
BACA JUGA: Cara Melindungi Diri dari Sihir dan Khasiat Kurma Ajwa
Musa bertanya kepada malaikat maut, apa yang ada setelah kehidupan yang panjang itu? Malaikat maut menjawab, "Kematian." Akhirnya Musa memilih ajal yang sudah dekat, karena apa yang ada di sisi Allah lebih baik dan lebih kekal bagi para rasul, nabi, dan hamba-hamba-Nya yang saleh.
Saking cintanya kepada Baitul Maqdis, Musa meminta dimakamkan di perbatasan Baitul Maqdis. Musa tidak memohon kepada Rabbnya agar diwafatkan di Baitul Maqdis, karena ia tahu Allah mengharamkan Baitul Maqdis bagi satu generasi termasuk di antaranya Musa.
"Wahai Musa! Sampai kapan pun kami tidak akan memasukinya selama mereka masih ada di dalamnya, karena itu pergilah engkau bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua. Biarlah kami tetap (menanti) di sini saja." (Surat Al-Ma'idah: 24).
BACA JUGA: Kisah Seseorang Sedekah Sembunyi-Sembunyi, Namun tidak Tepat Sasaran
Allah pun menakdirkan mereka mengembara kebingungan tidak tentu arah di padang pasir Sinai selama empat puluh tahun. Allah memperkenankan doa Musa. Rasulullah mengabarkan kepada kita bahwa makam Musa berada di dekat Baitul Maqdis di dekat Bukit Merah (Gunung Nebo).
Pelajaran dan Faedah dari Kisah Ini
1. Hadits ini menunjukkan bahwa para nabi diberi pilihan sebelum nyawa mereka dicabut; antara tetap hidup di dunia atau pindah ke rahmat Allah, seperti halnya pilihan yang diberikan kepada Musa dalam hadits ini.
Aisyah pernah mendengar Rasulullah berkata saat beliau sakit yang menyebabkan wafat, "Ya Allah! (Aku memilih) Rafiqul A'la." Aisyah tahu bahwa saat itu beliau diberi pilihan, lalu beliau memilih bersama Rafiqul A'la.
BACA JUGA: Ketika Hadits Lalat Tercelup di Minuman Dibilang Palsu
2. Kemampuan malaikat untuk berwujud seperti manusia, seperti halnya malaikat maut yang datang menemui Musa dalam wujud manusia.
3. Kematian adalah kebenaran yang pasti terjadi. Andaikan ada manusia yang selamat dari kematian, tentu para nabi dan rasul Allah-lah yang selamat.
4. Kedudukan Musa di sisi Allah, karena ia menampar malaikat maut hingga matanya terlepas. Andaikan Musa tidak mulia di mata Allah, tentu malaikat maut membalas perbuatan Musa tersebut.
BACA JUGA: Buah Tin dan Zaitun Disebut Bersamaan dalam Alquran, Ini Khasiatnya
5. Keberadaan makam Nabi Musa di dekat Baitul Maqdis, Rasulullah mengetahui posisi makam Nabi Musa, dan menunjukkan sebagian tanda-tanda yang menunjukkan makam tersebut; yakni makam tersebut berada di sisi jalan, di dekat Bukit Merah (Gunung Nebo).
6. Musa menginginkan makamnya berada di dekat tanah yang diberkahi. Ini menunjukkan, tidak mengapa seseorang menginginkan mati di tanah yang diberkahi.
7. Baitul Maqdis yang diberkahi memiliki batasan-batasan yang diketahui. Musa memohon kepada Allah agar makamnya didekatkan ke Baitul Maqdis sejauh lemparan batu. Karena itulah, Musa dimakamkan di luar Baitul Maqdis, tepat di perbatasannya.
BACA JUGA: Kisah Nabi Adam Minta Buah-buahan dari Surga Jelang Kematiannya
Editor: Emhade Dahlan