Rabu 01 Jan 2025 11:15 WIB

Warga Yahudi yang Kabur dari Israel Terus Melonjak

Jumlah warga Yahudi yang kabur nyaris dua kali lipat warga Gaza yang syahid.

Warga Israel di Bandara Ben Gurion dekat Tel Aviv, Israel, Ahad, 28 November 2021. Tahun itu, seperempat Yahudi Israel dilaporkan siap melakukan eksodus.
Foto: Ariel Schalit/AP Photo
Warga Israel di Bandara Ben Gurion dekat Tel Aviv, Israel, Ahad, 28 November 2021. Tahun itu, seperempat Yahudi Israel dilaporkan siap melakukan eksodus.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Jumlah warga Israel yang meninggalkan negara Zionis itu sejak Oktober 2023 dilaporkan terus melonjak. Sedemikian banyaknya sehingga eksodus tersebut memicu pertumbuhan populasi Israel melambat untuk pertamakalinya.

Biro Pusat Statistik Israel (CBS) melaporkan pada Selasa bahwa warga Israel meninggalkan negaranya dalam jumlah yang luar biasa besarnya pada 2024. Ini memicu perlambatan tajam dalam pertumbuhan penduduk di tengah perang yang berlarut-larut dan kekacauan politik dalam negeri.

Baca Juga

Merujuk The Times of Israel mengacu CBS, 82.700 warga Israel terdaftar telah meninggalkan negaranya selama setahun terakhir. Jumlah ini melonjak dari sekitar 55.000 pada tahun sebelumnya. Angka tahun lalu itu sendirinya merupakan peningkatan tajam dari dekade sebelumnya, ketika sekitar 35.000 orang keluar setiap tahunnya.

Jumlah warga Israel yang kabur itu sejauh ini hampir dua kali lipat warga Gaza yang dibantai dalam genosida 15 bulan belakangan.

Para emigran hanya dihitung setelah mereka menghabiskan sebagian besar waktunya di luar negeri. Ini berarti bahwa sebagian besar dari mereka yang termasuk dalam angka tersebut benar-benar meninggalkan negara tersebut pada tahun 2023. Angka sebenarnya diperkirakan jauh lebih besar.

Emigrasi alias keluarnya warga negara ini bisa berakibat fatal bagi keberadaan negara Zionis. Pasalnya entitas tersebut didirikan dengan migrasi kaum Yahudi sedunia sebagai tulang punggungnya ke wilayah Palestina.

Kaburnya penduduk Israel dalam jumlah luar biasa itu juga bakal membalik demografi di wilayah tersebut. Gambarannya, saat ini ada sekitar 7,7 juta imigran Yahudi dari Eropa dan Timur Tengah di seantero wilayah historis Palestina yang menjadi wilayah Israel. Sementara total populasi penduduk asli Palestina sekitar 7,5 juta. 

Angka ini belum menghitung keturunan Palestina di diaspora yang angkanya mencapai 7,4 juta orang. Dalam bahasa lembaga pemerhati populasi Timur Tengah Aspen Institute Italia, ini adalah bom waktu bagi Israel. 

Angka yang diterbitkan oleh kantor pemerintah Israel tahun ini menunjukkan jumlah migrasi negatif sebanyak lebih dari 10.000 orang pada bulan Oktober 2024 saja – yang berarti mereka yang meninggalkan negara tersebut satu tahun sebelumnya. Ini lonjakan ribuan kali lipat dibandingkan dengan jumlah total tujuh orang pada bulan yang sama tahun sebelumnya.

Menurut biro tersebut, 23.800 warga Israel kembali ke negaranya pada 2024, dan 32.800 imigran baru tiba. Angka ini  turun sekitar 15.000 dibandingkan tahun sebelumnya.

Kantor sensus mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa migrasi negatif telah menjadi faktor utama penurunan pertumbuhan populasi di negara tersebut menjadi 1,1 persen dari 1,6 persen pada tahun sebelumnya, dan 2,2 persen pada 2022.

Ini merupakan perlambatan pertama yang tercatat sejak tahun 2020 selama pandemi Covid-19. Biro Pusat Statistik menyatakan, "Populasi Israel diperkirakan sekitar 10 juta 27 ribu jiwa, termasuk 7,7 juta orang Yahudi, 2,1 juta orang Arab-Israel (Palestina di wilayah 1948), dan 216 ribu orang asing."

Jajak pendapat menunjukkan bahwa warga Israel semakin tidak aman dan menderita tekanan psikologis sejak operasi Topan Al-Aqsa yang dilakukan oleh perlawanan Palestina pada 7 Oktober 2023.

Sebuah jajak pendapat yang diterbitkan oleh surat kabar Maariv pada Oktober 2024 menunjukkan bahwa hanya 49 persen warga Israel yang melaporkan merasa aman di mana mereka berada.

Jajak pendapat lain yang dilakukan oleh Yedioth Ahronoth mengungkapkan bahwa 20% warga Yahudi Israel akan mempertimbangkan untuk meninggalkan Israel jika mereka memiliki kemampuan finansial. Menurut surat kabar yang sama, 67 persen warga Israel mendukung diakhirinya perang di Gaza.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement