Rabu 01 Jan 2025 16:35 WIB

Ribuan Wisatawan Kunjungi Permukiman Badui di Lebak, Banten

Kendaraan roda empat yang diparkir pun sampai mengekor sepanjang dua kilometer.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Wisatawan saba budaya Badui tengah berjalan kaki melintasi jalan setapak dengan topografi perbukitan di Kabupaten Lebak, Banten.
Foto: Antara/Mansyur
Wisatawan saba budaya Badui tengah berjalan kaki melintasi jalan setapak dengan topografi perbukitan di Kabupaten Lebak, Banten.

REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Permukiman masyarakat Badui di pedalaman Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, Rabu (1/1/2025), ramai dipadati wisatawan domestik. Sekretaris Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, H Medi mengatakan, diperkirakan pengunjung wisatawan saba budaya Badui mencapai ribuan orang.

Pada musim liburan Tahun Baru 2025, pengunjung memadati kawasan Badui. Hal itu ditambah kendaraan roda empat yang diparkir pun mengekor sepanjang dua kilometer.

Baca Juga

Mereka saba budaya Badui itu kebanyakan pengunjung domestik dari berbagai daerah di Banten, Jakarta, Jawa Barat, Lampung, dan Jawa Tengah. "Kami bersyukur dengan padatnya wisatawan saba budaya Badui itu dipastikan dapat meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat adat," kata Medi saat dihubungi dari Rangkasbitung, Lebak, Rabu.

Menurut dia, momen liburan Tahun baru 2025, secara kebetulan di permukiman masyarakat Badui, sedang memasuki musim panen durian. Alhasil, para wisatawan saba budaya Badui, selain melihat pemandangan kawasan hutan Badui dengan berjalan kaki menapaki jalan setapak dan kiri kanan tebing serta perbukitan, juga bisa menikmati lezatnya buah yang sedang dipanen.

Mereka yang setelah berjalan kaki merasa capai, bisa menikmati lezatnya durian khas Badui dengan harga terjangkau. "Hampir di semua perkampungan Badui banyak yang berjualan buah durian, mulai harga Rp 20 ribu hingga Rp 100 ribu per butir," ujar Medi.

Sementara itu, Agung (40) bersama keluarga warga Jakarta mengatakan, ia sejak pagi mengunjungi kawasan permukiman Badui. Diaberjalan kaki dari Kampung Kadu Ketug menuju jembatan bambu sepanjang 2,5 kilometer.

Namun, selama perjalanan itu melintasi jalan setapak dengan kondisi pegunungan dan perbukitan sehingga menguras tenaga banyak juga terasa kelelahan. "Kami merasa senang mengunjungi pemukiman masyarakat Badui yang kehidupannya cukup sederhana serta di kawasan Badui tidak ditemukan jalan aspal, listrik dan kendaraan," kata Agung.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement