Kamis 02 Jan 2025 13:35 WIB

Memuliakan Bulan Haram

Dinamakan bulan haram karena besarnya kemuliaan bulan-bulan tersebut.

ILUSTRASI Islam mengajarkan adanya bulan haram.
Foto: AP Photo/Petros Karadjias
ILUSTRASI Islam mengajarkan adanya bulan haram.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejak bumi diciptakan, Allah telah menetapkan satuan waktu. Dalam satu tahun, ada 12 bulan. Empat bulan di antaranya yang dikenal dengan bulan haram. Allah berfirman yang artinya, "Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah 12 bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya, empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus." (QS at-Taubah: 36).

Empat bulan haram disebutkan oleh Rasulullah dalam hadis yang artinya, "Setahun itu ada 12 bulan dan di antaranya ada empat bulan haram, tiga berurutan, yaitu Dzulqaidah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab Mudhar yang ia itu berada antara Jumada dan Sya'ban." (Muttafaq 'alaih).

Baca Juga

Dinamakan bulan haram karena besarnya kemuliaan bulan-bulan tersebut dan beratnya bobot nilai kebaikan dan keburukan yang terlaksana di dalamnya. Abdullah bin 'Abbas berkata, "Allah mengkhususkan empat bulan sebagai bulan haram dan Allah mengagungkan kemuliaannya. Dan Allah menjadikan perbuatan dosa yang dilakukan di dalamnya lebih besar. (Sebagaimana) Allah pun menjadikan amalan saleh dan ganjaran yang didapatkan di dalamnya lebih besar pula." (lihat Lathaiful Ma'arif, Ibnu Rojab al-Hambali, hlm 207).

Secara historis, bulan haram ini cukup dikenal sebelum datangnya Islam. Bahkan, keberadaannya membawa dampak yang sangat positif. Kabilah Arab yang biasa berperang sebelum datangnya Islam akan menahan diri dari berperang ketika memasuki bulan haram. Meski pada akhirnya mereka mengakali dengan memindahkan bulan haram ke bulan lain jika mereka terlibat peperangan di bulan haram.

Saat ini, kita berada dalam bulan haram. Sebagai orang beriman, tentu lebih berhak untuk meraih pengaruh positif dengan keberadaan bulan haram. Hal itu bisa dicapai dengan selalu menyadari bahwa kita berada di bulan haram dan terikat dengan keadaan dan aturan yang lebih khusus. Kesadaran seperti ini bisa menjadi bekal terjadinya perubahan dalam diri. Sebagaimana perubahan saat kita memasuki bulan suci Ramadhan.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

sumber : Hikmah Republika oleh Ahmad Rifai
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement