Jumat 03 Jan 2025 16:45 WIB

Binatang Kecil ini Jadi Penyebab Kematian Raja Super Sombong dan Kejam

Binatang kecil ternyata bisa jadi makhluk sangat mematikan.

Ilustrasi nyamuk, binatang yang kecil.
Foto: www.freepik.com
Ilustrasi nyamuk, binatang yang kecil.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pasti ada penguasa yang sombongnya bukan main. Dia merasa paling hebat. Karena merasa paling segalanya dia tak ingin ada yang menyainginya. Dia memerintahkan pasukan untuk membunuh setiap bayi lelaki agar tidak ada satupun yang menjadi pesaingnya kelak.

Maka datanglah pasukan – pasukan bersenjata tajam ke banyak rumah penduduk. Jika menemukan bayi lelaki, maka akan langsung dibunuh. Begitu seterusnya, hingga wilayah kekuasaan si penguasa mengalami krisis bayi laki-laki.

Baca Juga

Begitulah kebiadaban Raja Namrud yang diperkirakan hidup pada tahun 2275-1943 SM. Jejak kesombongannya beterbaran dalam lembaran sejarah. Dia memang orang cerdas yang menguasai sains. Juga menjadi raja di Babilonia, peradaban kuno yang menginspirasi peradaban berikutnya.

Dia berkuasa sungguh hebat. Namrud membangun menara Babilonia yang tinggi menjulang ke angkasa untuk memuaskan nafsu kekuasaannya, bahwa hanya dia yang mampu membangun menara yang tinggi seperti itu. Namun segala apa yang dimilikinya kemudian diklaimnya sebagai pertanda bahwa dirinya adalah sosok yang patut disembah. Dia mengaku sebagai Tuhan. Di sini, Namrud menyekutukan Allah.

Di tengah kebiadabannya membunuh setiap bayi laki-laki, apakah berarti semua bayi laki-laki kala itu pasti mati?

Di masa tersebut ada sepasang kekasih, Azar dan Mathlaah yang baru saja dikaruniai seorang bayi lelaki yang enak dilihat alias qurrota a'yun. Suami dan istri ini begitu menyayangi si bayi yang diberi nama Ibrahim, buah cinta yang dinantikan, yang kelak akan mewarisi segala kebaikan.

Namun karena suasana kengerian menyebar di mana-mana. Jeritan tangis wanita yang baru saja melahirkan bayi terdengar. Azar dan Mathlaah membawa kabur Ibrahim ke dalam hutan. Mereka membiarkan bayi itu berada di dalam hutan. Terserah bagaimana nasib bayi itu, biarlah nanti Allah yang mengurusnya. Begitu kira-kira keyakinan Azar dan mathlaah.

Benar saja. Allahlah yang mengurus Ibrahim. Membesarkannya. Bocah itu kemudian tumbuh menjadi pemuda yang tangguh dan hebat. Berbagai lembaran sejarah dan omongan dari mulut ke mulut lintas peradaban menyebut ibrahim sebagai khalilullah. Budayawan Mesir Abbas Mahmud Aqqad kerap menyebutnya sebagai el-khalil atau al-khalil. Artinya yang mencintai dan dicintai Allah.

sumber : Dokumentasi Republika
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement