REPUBLIKA.CO.ID, GAZA — Kelompok perlawanan Palestina, Hamas, menilai rezim Israel sepenuhnya bertanggung jawab atas keselamatan dr Hussam Abu Safiya, direktur Rumah Sakit Kamal Adwan, dan para petugas kesehatan yang ditahan.
Gerakan tersebut mendesak Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Palang Merah Internasional untuk segera mengambil tindakan, melawan tekanan Israel. Hamas meminta organisasi tersebut mengerahkan pemantau internasional ke rumah sakit-rumah sakit di Gaza untuk memastikan perlindungan mereka.
Pernyataan tersebut juga menuntut tekanan pada pendudukan Israel untuk mengizinkan inspeksi penjara dan pusat penahanan, tempat para tahanan Palestina menghadapi penyiksaan berat, ujar Hamas dalam sebuah pernyataan pada Jumat (3/1/2025) seperti dikutip dari Al Mayadeen.
Hamas menuding penjajah Israel melanjutkan kampanye genosida, pembersihan etnis, dan pemindahan paksa terhadap warga Palestina di Jalur Gaza selama 455 hari berturut-turut.
Anggota Biro Politik Hamas Basem Naim mengatakan militer Israel telah menggunakan kejahatan sadis, terorisme brutal, pengeboman tanpa pandang bulu, dan taktik balas dendam fasis terhadap penduduk Palestina, dengan dukungan penuh dari AS, Inggris, dan negara-negara Barat tertentu.
Ia menggambarkan, perilaku Israel ini sebagai pelanggaran mencolok terhadap hukum internasional, piagam PBB, dan nilai-nilai dasar kemanusiaan. Naim menyoroti penghancuran infrastruktur perawatan kesehatan Gaza, khususnya di utara, sebagai salah satu kejahatan paling keji yang dilakukan oleh Israel"selama perang 15 bulan di jalur yang diblokade itu.
Pejabat senior Hamas menggarisbawahi bahwa pasukan pendudukan Israel mencegah pengiriman obat-obatan penting, bahan bakar, dan pasokan medis ke warga sipil dan rumah sakit, sambil menghalangi pekerjaan tim medis dan ambulans.
Naim mengatakan bahwa dalam 24 jam terakhir saja, pendudukan Israel mengintensifkan serangannya, melancarkan lebih dari 34 serangan udara di Gaza, menewaskan lebih dari 105 warga Palestina.