MAGENTA -- Orang Betawi punya banyak pantangan yang tidak boleh dilanggar. Jika ada satu pantangan yang diterabas dipercaya akan mengakibatkan terjadinya suatu bala, kecelakaan, atau musibah.
Padahal ancaman negatif itu sengaja digembar-gemborkan untuk kebaikan. Ada pesan filosofis dari larangan tersebut.
Ambil misal, dikatakan bahwa anak-anak tidak boleh tidak menghabiskan nasinya yang tinggal sedikit di piring. Jika ini dilakukan maka nanti ayamnya akan mati. Apa hubungannya tidak menghabiskan nasi yang ada di piring dengan ancaman ayam mati?
BACA JUGA: Jakarta Kota Impian: Tahun 1870 Penduduknya Cuma 65 Ribu, Kini Lebih dari 11 Juta Jiwa
"Tentu tidak ada, tidak bisa diterima akal. Namun, larangan itu akan mengajarkan anak supaya tidak membuang-buang makanan dan rezeki," kata Abdul Chaer dalam bukunya yang berjudul Folklor Betawi: Kebudayaan & Kehidupan Orang Betawi terbitan Masup Jakarta 2017.
Apa saja pantangan orang Betawi yang tidak boleh dilanggar? Berikut daftarnya:
1. Makan pisang dempet
Anak-anak dilarang makan pisang dempet, yaitu dua buah pisang yang kulit bagian sisinya melekat satu sama lain. Ancamannya, kelak kalau punya anak, anaknya akan dempet. Akan tetapi, sebenarnya larangan itu mengajarkan anak jangan serakah, kalau punya hal berlebih, berikanlah pada orang lain, jangan dihabiskan sendiri.
2. Duduk di ambang pintu
Anak-anak khususnya anak perempuan dilarang duduk di ambang pintu. Perlu dijelaskan di rumah orang Betawi dulu di bagian bawah pintu ada dipasang balok.
Orang Betawi menyebutnya pelintangan pintu. Duduk-duduk di pelintangan pintu memang enak, tetapi dilarang oleh adat.
BACA JUGA: Ada Kuburan Orang Belanda di Tanah Abang, Dulu Mayatnya Diangkut Perahu Lewat Kali Krukut
Larangan ini mempunyai tujuan filosofis yang baik, yaitu agar lalu lintas di pintu itu menjadi lancar, tetapi alasan yang diberikan kepada anak-anak perempuan adalah "nanti dilamar urung". Maksudnya, setiap ada yang mau melamar atau meminang, selalu gagal atau tidak jadi. Sedangkan alasan yang dibenarkan kepada anak-anak laki-laki nanti sukar dapat jodoh.
3. Bermain di luar rumah sewaktu maghrib
Anak- anak, baik laki-laki maupun perempuan, tidak boleh bermain atau berada di luar rumah sewaktu Magrib. Maksud dan tujuan dari larangan ini adalah bahwa anak-anak harus ikut sholat maghrib. Anak laki-laki di langgar atau surau, mushala dan anak perempuan di dalam rumah berjamaah dengan ibunya.
Namun, kata Chaer, alasan yang diberikan kepada anak-anak adalah sewaktu maghrib, setan-setan baru keluar dan bergentayangan. Jika anak-anak berada di luar rumah, bisa-bisa anak-anak itu akan dipukul setan, atau malah akan diculik dan dibawa oleh setan kompek (Kolong Wewe). Akibatnya anak- anak bisa menjadi cadel, atau bahkan bisa menjadi kelu.
4. Menjual atau membeli jarum waktu maghrib
Larangan ini sebenarnya bertujuan agar aktivitas jual-beli harus dihentikan pada waktu maghribkarena harus melaksanakan sholat. Waktu sholat maghrib sangat singkat. Jadi, waktu yang sangat singkat itu jangan disia-siakan untuk melaksanakan hal-hal lain, selain untuk sholat.
"Namun, alasan yang sering dikatakan adalah, nanti setan yang mulai berkeliaran akan tertusuk matanya dengan jarum itu. Lalu, dibalas oleh setan dengan cara menusukkan kembali jarum itu ke si pembeli atau si penjual," tulis Chaer dalam bukunya.
BACA JUGA: Mata Kedutan dan Bunyi Tokek Bagi Orang Betawi, Pertanda Apa?
5. Tidur sesudah sholat subuh
Sesudah sholat Subuh memang enak untuk tidur kembali, tetapi dalam masyarakat Betawi hal ini dilarang keras. Alasan larangan ini secara filosofis adalah pertama, membuat orang jadi malas. Kedua, setelah sholat subuh orang harus segera beraktivitas. Anak sekolah harus segera berangkat ke sekolah dan orang dewasa harus segera bekerja mencari nafkah.
Bagi kaum ibu, setelah sholat subuh harus segera mengurus anak yang akan berangkat ke sekolah dan mengurus suami yang akan berangkat bekerja. Namun, alasan yang diberikan dan sering disebut-sebut adalah nanti rejekinya dipatuk ayam.
6. Menduduki lekar
Lekar atau rehal adalah tempat meletakkan kitab suci Alquran. Larangan filosofis menduduki lekar itu bahwa lekar adalah tempat meletakkan kitab suci Alquran. Jadi, tidak sepantasnya lekar itu dijadikan tempat duduk, meletakkan pantat. Namun, alasan yang sering dikatakan adalah kalau duduk di lekar nanti pantat bisa bisulan.
7. Tidur di atas sajadah
Sajadah adalah alas untuk melakukan sholat. Syarat utama tempat sholat adalah harus bersih dan suci. Maka, larangan tidur di atas sajadah adalah ditakutkan terkena air liur atau kotoran badan lainnya. Namun, sering dikatakan orang-orang tua adalah nanti perutnya sakit atau pantatnya bisulan.
8. Buang air atau pipis di bawah pohon
Bawah pohon yang rindang adalah tempat berteduh dari panasnya matahari atau tempat orang beristirahat setelah lelah bekerja atau melakukan perjalanan. Alasan filosofis larangan buang air di bawah pohon adalah mengganggu kenyamanan orang yang akan beristirahat.
Namun, alasan yang biasa diberikan orang-orang tua adalah tak air seninya mengenai makhluk halus yang sedang berada di pohon itu. Kalau sampai terjadi hal demikian, makhluk itu marah dan menggigit penis yang mengencinginya.
BACA JUGA: Apa Arti Bangsat dan Angin-anginan yang Diucapkan Orang Betawi?
9. Potong kuku di waktu maghrib
Memotong kuku pada waktu maghribjuga dilarang. Alasannya yang sering disebut-sebut adalah nanti terpotong jarinya, atau nanti kuku setan ikut terpotong. Namun alasan filosofis sebenarnya adalah magrib adalah waktunya sholat dan waktu sholat maghrib sangat singkat.
10. Jangan suap dakom
Suap dakom artinya menyuap dengan kelima jari dilengkungkan ke dalam dengan posisi melebar. Dengan cara seperti ini, nasi yang "diambil" dan tersuap akan menjadi banyak. Alasan yang diberikan adalah nanti mulut menjadi besar atau bibir menjadi dower.
Alasan filosofisnya adalah nanti membuat kita menjadi serakah. Juga menurut norma sosial Betawi tidak etis. Yang baik adalah menyuap hanya dengan empat jari yang menguncup. Alasan filosofisnya adalah jangan menunjukkan keserakahan, sebab serakah itu bertentangan dengan ajaran Islam.
BACA JUGA: Kemenag Segera Terbitkan Terjemahan Alquran Bahasa Betawi
11. Jangan makan sambil berbicara
Sewaktu makan kita dilarang berbicara atau bercakap-cakap, dengan alasan nanti nasinya masuk ke perut setan. Jadi, meskipun yang disantap sudah beberapa piring maka kita akan tetap tidak merasa kenyang.
Alasan filosofisnya adalah kalau kita mengunyah makanan sambil bercakap-cakap ada kemungkinan besar butir-butir nasi itu akan masuk ke rongga hidung. Hal itu, menurut kedokteran sangat bebahaya dan sangat menyakitkan rasanya.
12. Jangan makan sambil berdiri atau tiduran
Makan sambil berdiri dalam budaya Betawi sangat dipantang, dengan alasan yang sering diberikan orang-orang tua, nanti tidak kenyang-kenyang. Alasan filosofi sebenarnya adalah dipandang dari ajaran Islam sangat tidak baik.
Kegiatan makan harus dilakukan sambil duduk bersila maupun dengan kursi. Namun, dengan catatan duduk bersila lebih baik daripada duduk di kursi.
Makan sambil tiduran juga sangat dipantangkan. Alasan yang biasa diberikan adalah nanti kepala menjadi besar karena nasi naik ke kepala bukan turun keperut. Alasan sebenarnya adalah makan sambil tiduran akan mengganggu proses pencernaan.
13. Jangan begadang sampai malam
Yang dimaksud dengan begadang sampai malam adalah tidak tidur sambil ngobrol sampai jauh malam. Andaikata tidak tidur sampai jauh malam, tetapi ada kegiatan bermanfaat yang dilakukan misalnya belajar adalah tidak apa-apa.
Alasan yang biasa diberikan adalah nanti ditemani setan atau kuntilanak. Namun, alasan filosofis sebenarnya adalah begadang sambil ngobrol hanya buang-buang waktu saja. Bahaya lainnya adalah nanti menjadi terlambat bangun untuk sholat subuh.
BACA JUGA: Kisah Nabi Adam Minta Buah-buahan dari Surga Jelang Kematiannya
14. Waktu gerhana ibu hamil harus sembunyi
Pada waktu terjadi gerhana bulan atau orang Betawi menyebutnya bulan kapangan. Ibu yang sedang hamil harus bersembunyi di kolong meja atau kolong tempat tidur. Alasan yang diberikan adalah agar bayinya yang lahir nanti tidak berwarna gelap atau hitam, atau berwarna belang atau hitam dan putih.
Alasan filosofis sebenarnya adalah memandang bulan sedang gerhana terus-menerus adalah berbahaya untuk kesehatan mata. Lagipula, orang Islam dianjurkan melaksanakan sholat sunah gerhana sewaktu terjadinya gerhana itu, bukan menyaksikan gerhana.
15. Nyari kutu habis ashar
Dulu sering didapati ibu-ibu maupun wanita yang belum jadi ibu, duduk berbanjar mencari kutu kepala. Misalnya ibu nomor satu dicarikan kutunya oleh ibu nomor dua. Ibu nomor dua dicarikan duduk oleh ibu nomor tiga, ibu nomor tiga dicarikan kutunya oleh nomor empat, dan seterusnya.
BACA JUGA: Kisah Nabi Luth Tawarkan Tiga Putrinya untuk Melindugi Tamunya dari Kaum Sodom
Kalau jumlahnya banyak, nanti akhirnya ibu nomor terakhir duduk di depan ibu nomor satu untuk dicarikan kutunya oleh ibu nomor satu. Hal ini dilarang untuk dilakukan sehabis waktu ashar dengan ancaman nanti kalau meninggal setannya akan menjadi genderuwo. Setan yang menakutkan.
“Alasan sebenarnya, sehabis ashar sampai maghrib adalah waktu yang sangat singkat, padahal ibu-ibu harus masak untuk makan malam. Di Betawi dulu waktu makan bukan malam, tetapi sore sebelum maghrib atau mengurus keperluan lain menjelang sholat maghrib dan malam hari,” kata Chaer
16. Tidur menjelang maghrib
Orang Betawi dulu percaya kalau tidur menjelang maghrib akan mendapat penyakit lupa ingatan. Oleh karena itu, tidur menjelang maghrib ini sangat dilarang. Apa benar akan mendapat penyakit hupa ingatan? Wallahu a'alam.
Namun, yang jelas, tidur menjelang Magrib akan menyebabkan terlupa akan sholat maghrib. Hal ini sangat berbahaya, karena waktu sholat maghrib itu sangat singkat waktunya. Sholat maghrib itu hanya satu jam lebih sedikit.
BACA JUGA: Asal Usul Nama Ragunan dan Pangeran Wiraguna dari Banten
Editor: Emhade Dahlan