REPUBLIKA.CO.ID,KUNINGAN — Macan Tutul Jawa (Panthera pardus) beberapa kali terekam kamera jebak di kawasan Gunung Ciremai pada 2023 dan 2024. Macan jenis ini merupakan salah satu key stone species (spesies kunci) di Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC). Meskipun jumlah dan biomassanya relatif kecil, namun keberadaan spesies kunci sangat penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan tidak dapat digantikan oleh spesies lain.
Kepala Balai TNGC, Toni Anwar, menjelaskan, berdasarkan asal usulnya, individu Macan Tutul Jawa di kawasan TNGC dapat dibedakan menjadi dua jenis. Yakni, individu asli (native) yang merupakan satwa asli kawasan Gunung Ciremai, dan individu hasil introduksi yaitu satwa hasil pelepasliaran/translokasi dari lokasi lain.
“Macan Tutul Jawa hasil introduksi di TNGC, yang pertama, pada 2019 bernama Slamet Ramadhan, berjenis kelamin jantan dengan corak kumbang, dan yang kedua pelepasliaran tahun 2022 bernama Rasi jenis kelamin betina dengan corak tutul terang,” ujar Toni, dalam siaran persnya yang diterima Republika, Sabtu (4/1/2025).
Alas Roban pic.twitter.com/hAKU7Wg0gt
— Macan Tutul Jawa (@JavanLeopard) February 7, 2023
Slamet Ramadhan terakhir terpantau kamera jebak atau camera trap pada April 2023. Sedangkan Rasi berhasil terpantau pada Juli 2024.
Selanjutnya, Balai TNGC melalui kegiatan monitoring dari Juni sampai Desember 2024 juga telah berhasil memantau keberadaan tiga individu native Macan Tutul Jawa melalui kamera jebak. Ketiganya diketahui berjenis kelamin jantan, yaitu dua ekor memiliki corak tutul hitam (kumbang) dan satu ekor bercorak tutul terang.
“Sehingga jumlah individu Macan Tutul Jawa di kawasan TNGC yang berhasil terpantau atau terdeteksi keberadaannya selama kurun 2024 berjumlah empat ekor, yaitu tiga ekor satwa asli (native) dan satu ekor satwa hasil introduksi yakni Rasi.
Sementara itu, Slamet Ramadhan, belum berhasil terdeteksi kembali oleh kamera jebak pada 2024. Macan Tutul Jawa adalah hewan yang hidup menyendiri dan territorial. Satwa ini menandai wilayahnya dengan kotoran, bekas urine, dan cakaran di pohon. Mereka juga memiliki indera penglihatan dan penciuman yang tajam serta cenderung menghindar dari manusia.
Meski secara naluriah Macan Tutul Jawa akan cenderung menghindar dari manusia, namun untuk menjaga keamanan dan keselamatan, khususnya para pendaki, diminta agar tetap waspada.
Mereka diminta selalu mengikuti dan mematuhi prosedur pendakian, seperti menaati waktu pendakian tepat waktu (pukul 07.00 sampai 11.00 WIB), mengikuti jalur pendakian yang ditentukan, menjaga kelestarian kawasan dan melaporkan kepada petugas atau pengelola jalur pendakian apabila menemukan tanda-tanda keberadaan Macan Tutul Jawa.