REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN— Pemimpin Hizbullah Lebanon, Sheikh Naim Qassem, memperingatkan rezim Israel agar tidak melanjutkan pelanggaran perjanjian gencatan senjata, dan menyatakan bahwa “kami mungkin akan kehabisan kesabaran sebelum gencatan senjata selama 60 hari berakhir.”
Pemimpin Hizbullah Lebanon Naim Qassem menyampaikan pidato pada hari ulang tahun kesyahidan mantan Komandan Pasukan Quds IRGC Letnan Jenderal Qassem Soleimani pada hari Sabtu (5/1/2025).
“Jenderal Soleimani adalah seorang pemimpin strategis di tingkat intelektual dan politik,” kata pemimpin Hizbullah itu, seraya menambahkan bahwa ”Jenderal Soleimani membongkar plot Amerika Serikat di Irak dan Afghanistan.”
“Jenderal Soleimani memberikan pukulan telak kepada rezim Israel,” kata Naim Qassem, seraya menambahkan bahwa ”Jenderal Soleimani tidak tunduk pada para penindas.”
“Martir Abu Mahdi A-Muhandis memainkan peran utama dalam menyelamatkan Irak dari kekuasaan terorisme ISIL,” katanya.
Pemimpin Hizbullah itu melanjutkan sumpahnya bahwa “Kami terus melawan sampai kami membebaskan wilayah kami.”
“Perlawanan masih kuat, berpengaruh, dan menghalangi tujuan musuh,” katanya, seraya menekankan bahwa ”Perlawanan memiliki kapasitas pencegahan.”
“Kami mencegah proyek Israel untuk mengakhiri perlawanan kami,” kata dia menambahkan.
“Apa yang terjadi di Suriah bisa saja terjadi di Lebanon,” katanya, seraya menambahkan bahwa ”Kepemimpinan Perlawanan memutuskan apa yang harus dilakukan dan kapan harus dilakukan pada waktu yang tepat.”
“Kemampuan kami mencegah rezim Israel melanjutkan agresinya terhadap Lebanon,” tegasnya.
Dia memperingatkan rezim Israel agar tidak melanjutkan pelanggaran perjanjian gencatan senjata, dengan mencatat bahwa “Tidak ada aturan atau jadwal khusus untuk tindakan perlawanan.”