Rabu 08 Jan 2025 10:33 WIB

Qatar: Mediasi Palestina-Israel Berlangsung tanpa Harapan dan Batas Waktu

Qatar menegaskan perundingan masih dalam tahap teknis.

Seorang anak yang syahid akibat serangan Israel dibawa ke Rumah Sakit Martir Al-Aqsa di Deir al-Balah, Jalur Gaza tengah, Kamis, 2 Januari 2025.
Foto: AP Photo/Abdel Kareem Hana
Seorang anak yang syahid akibat serangan Israel dibawa ke Rumah Sakit Martir Al-Aqsa di Deir al-Balah, Jalur Gaza tengah, Kamis, 2 Januari 2025.

REPUBLIKA.CO.ID, DOHA -- Pemerintah Qatar pada Selasa ( 7/1/2025) mengatakan perundingan untuk mengakhiri genosida Israel terhadap rakyat Palestina di Jalur Gaza terus dilakukan. Tetapi, Qatar tidak dapat menetapkan batas waktu untuk mencapai keputusan.

Pernyataan itu disampaikan penasihat perdana menteri Qatar dan juru bicara Kementerian Luar Negeri Majed Al-Ansari, saat pengarahan mingguan di ibu kota Doha, dengan mengutip pernyataan resmi kementerian.

Baca Juga

“Qatar selalu percaya pada perlunya melanjutkan upaya-upaya ini, tidak peduli seberapa sulitnya keadaan,” katanya.

Al-Ansari menegaskan perundingan masih dalam tahap teknis dan memastikan komitmen Qatar untuk melanjutkan mediasi meski banyak tantangan.

Sebelumnya, pada Jumat (3/1/2025), delegasi Israel kembali ke Doha untuk melanjutkan perundingan tak langsung dengan kelompok Palestina Hamas yang dimediasi Qatar dan Mesir. Perundingan bertujuan menyelesaikan pertukaran tahanan dan mencapai gencatan senjata.

Al-Ansari mengatakan perwakilan tiap pihak bertemu secara reguler di Doha dan Kairo. Namun, ia memperingatkan tidak ada jadwal atau harapan khusus untuk negosiasi tersebut.

"Kami akan mengumumkan langsung hasilnya begitu tercapai," katanya.

Selama lebih dari setahun, Hamas telah menyatakan siap untuk menuntaskan kesepakatan dan bahkan menyetujui usulan Presiden AS Joe Biden pada Mei 2024.

Namun, kepala otoritas pemerintahan Israel Benjamin Netanyahu menarik diri dari perjanjian tersebut. Netanyahu mengajukan syarat-syarat baru, termasuk kelanjutan operasi militer di Gaza dan penolakan penarikan pasukan. Hamas bersikeras pada penghentian penuh permusuhan dan penarikan militer Israel.

Kritikan, termasuk dari partai oposisi dan keluarga sandera, menuduh Netanyahu menghalangi perjanjian terwujud untuk melindungi posisi politiknya.

Sementara itu, menteri garis keras dalam koalisi Netanyahu, meliputi kepala keamanan nasional Ben-Gvir dan kepala keuangan Bezalel Smotrich mengancam meninggalkan pemerintahan dan menumbangkannya jika gencatan senjata terjadi.

Israel menahan lebih dari 10.300 warga Palestina, sementara Hamas dikatakan menyandera sekitar 100 warga Israel di Gaza. Hamas juga mengatakan puluhan sandera tewas dalam serangan udara Israel yang membabi buta.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْ حَاۤجَّ اِبْرٰهٖمَ فِيْ رَبِّهٖٓ اَنْ اٰتٰىهُ اللّٰهُ الْمُلْكَ ۘ اِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّيَ الَّذِيْ يُحْيٖ وَيُمِيْتُۙ قَالَ اَنَا۠ اُحْيٖ وَاُمِيْتُ ۗ قَالَ اِبْرٰهٖمُ فَاِنَّ اللّٰهَ يَأْتِيْ بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِيْ كَفَرَ ۗوَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَۚ
Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya, karena Allah telah memberinya kerajaan (kekuasaan). Ketika Ibrahim berkata, “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,” dia berkata, “Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata, “Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.” Maka bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.

(QS. Al-Baqarah ayat 258)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement