REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump telah mengisyaratkan kemungkinan intervensi militer di Amerika dan Timur Tengah, serta sejumlah hal lain dalam agenda kebijakan luar negerinya.
Trump berbicara di Mar-a-Lago pada Selasa, sehari setelah Kongres secara resmi mengesahkan kemenangannya dalam pemilihan umum bulan November.
Konferensi pers tersebut juga digelar hanya 13 hari sebelum Trump akan diambil sumpah jabatannya untuk masa jabatan keduanya pada tanggal 20 Januari.
Presiden terpilih itu menyinggung beberapa masalah dalam negeri. Ia berjanji untuk mencabut pembatasan lingkungan dan mengampuni para pendukung yang menyerbu Gedung Capitol AS pada 6 Januari 2021.
Namun, pernyataannya yang paling penting menyangkut kebijakan luar negeri. Trump menguraikan visi ekspansionis yang luas, dengan konsekuensi bagi negara-negara di seluruh dunia.
Ia mengulangi keinginannya agar AS mengendalikan Terusan Panama, Greenland, dan Kanada. Tak hanya itu ia menekankan bahwa "situasi akan kacau" jika tawanan Israel yang ditahan di Gaza tidak dibebaskan sebelum ia menjabat.
Dalam satu percakapan dengan wartawan, Trump ditanya apakah ia akan mengesampingkan penggunaan kekuatan militer atau paksaan ekonomi untuk menguasai Terusan Panama atau Greenland, wilayah otonomi Denmark. Ia menolak.
Trump menghabiskan banyak waktu untuk membahas perang genosida Israel di Gaza yang telah menewaskan lebih dari 45.885 warga Palestina.
Presiden terpilih itu memanggil calon utusan Timur Tengahnya, Steve Witkoff, ke podium untuk memberikan informasi terkini tentang negosiasi tersebut.
Witkoff, seorang investor real estat tanpa pengalaman kebijakan luar negeri, telah menjadi bagian dari perundingan gencatan senjata baru-baru ini di Timur Tengah.
Dalam sambutan yang tampaknya dadakan, Witkoff berkata, “Saya pikir kita telah mencapai beberapa kemajuan yang sangat hebat, dan saya sangat berharap bahwa pada pelantikan nanti, kita akan memiliki beberapa hal baik untuk diumumkan atas nama presiden.”
Namun, presiden terpilih itu mengambil sikap yang lebih keras, dengan fokus pada pembebasan tawanan yang tersisa yang ditahan oleh Hamas setelah serangan pada 8 Oktober 2023, di Israel selatan. Israel memperkirakan sekitar 100 orang masih berada dalam tahanan Hamas.
View this post on Instagram
'Neraka akan pecah' di Timur Tengah
Trump mengatakan "neraka akan pecah" di Timur Tengah jika Hamas tidak membebaskan tawanan sebelum ia menjabat.