Rabu 08 Jan 2025 21:15 WIB

Tiga Senjata Utama Hidup Bahagia

Tidak ada jalan kebahagiaan dari sikap sombong dan pelit.

ILUSTRASI Meraih kebahagiaan.
Foto: dok wallpaperfree
ILUSTRASI Meraih kebahagiaan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nabi Muhammad SAW bersabda, “Tidaklah harta itu berkurang karena sedekah. Dan tidaklah Allah menambahkan terhadap orang yang suka memberi maaf melainkan kemuliaan, serta tidaklah seseorang merendahkan diri karena Allah melainkan Allah Yang Maha Perkasa lagi Mahamulia akan mengangkat derajatnya.” (HR Muslim).

Itulah pesan Rasulullah SAW kepada kita semua sebagai umatnya. Dalam hadis itu ada tiga hal utama yang harus jadi perhatian kita untuk selanjutnya jadi pemahaman dan karakter diri dalam mengisi kehidupan fana ini.

Baca Juga

Kalau kita resapi lebih dalam, maka sungguh itu sebenarnya ibarat sebuah bekal atau bahkan senjata untuk menang dalam pertempuran hidup dunia guna memastikan diri selamat dunia dan akhirat. Dalam kata yang lain, siapa memegang senjata itu dengan baik dan tahu cara menggunakannya secara tepat, maka dia akan meraih kemenangan, kebahagiaan atas ridha Allah Ta’ala.

Sebaliknya, orang yang hidup tanpa bekal atau persenjataan yang memadai, maka dia akan sangat potensial terkalahkan sebelum bertempur melawan apa pun.

Oleh karena itu, kita sering mendengar ungkapan bahwa musuh terbesar seseorang adalah hawa nafsu dalam dirinya sendiri. Tiga senjata itu adalah dalam rangka menguatkan diri agar tidak dikuasai oleh hawa nafsu, sehingga menjadi manusia kikir, pendendam, dan arogan.

Alquran menerangkan bahwa amalan sedekah adalah ciri utama orang bertakwa. “Dan pada sebagian rezeki yang Allah berikan mereka menginfakkan.” (QS al-Baqarah: 3). Artinya, akan ringan hati seseorang melakukan sedekah kalau dia memang memiliki ketakwaan kepada Allah Ta’ala.

Memberi maaf adalah ciri utama orang bertakwa pula (QS Ali Imran: 134). Buya Hamka menerangkan, orang yang bisa memberi maaf adalah orang yang berakal. Karena orang berakal, menurut Buya Hamka, hidup untuk masyarakatnya, bukan mengobarkan egoismenya.

Sedangkan orang yang tawadhu adalah orang yang tidak mau hidupnya dibakar di atas tungku kesombongan. Semua perilaku zalim, aniaya, dan jahat tidak akan terjadi kecuali bersumber dari akar kesombongan.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

sumber : Hikmah Republika oleh Imam Nawawi
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement