Kamis 09 Jan 2025 17:34 WIB

DEN: Pertumbuhan Ekonomi Perlu Sinkronisasi Tiga Aspek Kebijakan

Kebijakan industri, kebijakan perdagangan dan kebijakan investasi perlu sinergi

Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves RI Septian Hario Seto (tengah) menyampaikan paparan dalam diskusi panel 1 Edukasi dan Sosialisasi ESG  dalam acara Sehati Untuk Bumi ESG Summit 2024 ESG Ala Indonesia di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (12/9/2024). Diskusi panel 1 tersebut mengakat  Topik Menyebarluaskan Pemahaman ESG di Masyarakat dan Pasar.
Foto: Republika/Prayogi
Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves RI Septian Hario Seto (tengah) menyampaikan paparan dalam diskusi panel 1 Edukasi dan Sosialisasi ESG dalam acara Sehati Untuk Bumi ESG Summit 2024 ESG Ala Indonesia di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (12/9/2024). Diskusi panel 1 tersebut mengakat Topik Menyebarluaskan Pemahaman ESG di Masyarakat dan Pasar.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Septian Hario Seto menilai kunci dari percepatan pertumbuhan ekonomi nasional adalah sinkronisasi kebijakan. Seto menjelaskan khususnya dalam proyek hilirisasi, perlu adanya dukungan dari tiga aspek penting.

Pertama, kebijakan perdagangan. Berkaca dari kebijakan nikel saat Indonesia menetapkan pelarangan ekspor nikel mentah mampu mendorong pemanfaatan nikel lebih besar. Kedua, kebijakan investasi dan ketiga, kebijakan industri.

"Hilirisasi nikel, keberhasilan kita itu karena kebijakan yang sinkron. Kebijakan perdagangan, kebijakan investasi dan kebijakan industri. Skema insentif, ban ekspor, kita membangun kawasan industri, kalau masuk kawasan industri tuh udh beres. Ini tiga tiganya harus sinkron," kata Seto di acara MINDialogue, Kamis (9/1/2025).

Dalam perencanaan hilirisasi perlu dipikirkan juga soal keberlanjutan industrinya, kata Seto. Value added dari hilirisasi perlu diperhitungkan secara matang, bukan hanya per komoditas saja.

"Misal dalam industri baterai, kita tidak hanya butuh nikel tetapi juga cobalt dan mangan. Dalam pengembangan, kita harus berbicara terkait ekosistem," kata Seto.

Lebih rinci, Seto mencontohkan ketika berbicara proyek HPAL yang dibangun oleh Vale misalnya, perlu juga diikuti perkembangan inovasi dan teknologi yang mengiringinya.

"Kita perlu dorong industri dalam negeri harus jalan. Harus ada proyek HPAL yang bagus nih misal dilakukan oleh Vale. Itu juga harus inovatif, jangan HPAL dari china saja, teknologi ini harus terus dilakukan biar punya ciri khas," kata Seto.

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement