Jumat 10 Jan 2025 10:04 WIB

Syekh Ibnu Athaillah Ungkap Ciri-Ciri Pecinta Allah

Pecinta Allah adalah mereka yang melepas keduniaan dan fokus mengagungkan Allah.

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Erdy Nasrul
Ilustrasi para pecinta Allah menghabiskan waktu berdzikir.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Ilustrasi para pecinta Allah menghabiskan waktu berdzikir.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Syekh Ibnu Athaillah as-Sakandari dalam kitab Al-Hikam mengungkapkan ciri-ciri pecinta Allah SWT. Syekh Ibnu Athaillah menjelaskan bahwa orang yang arif dan pecinta Allah SWT, ciri-cirinya tidak selalu nampak dari fisiknya. Meskipun sebagian besar pecinta Allah nampak dari cahaya wajahnya. 

Untuk itu Syekh Ibnu Athaillah mengingatkan jangan menganggap rendah orang yang selalu mengingat Allah SWT meski tidak nampak ciri-ciri orang arif dan pecinta Allah SWT pada fisiknya. 

Baca Juga

"Jika kamu melihat seorang hamba yang ditempatkan oleh Allah SWT pada posisi yang membuatnya mampu menjalankan berbagai wirid secara berkelanjutan dan terus­-menerus mendapatkan batuan-Nya, maka janganlah kamu merendahkan sesuatu yang diberikan Allah kepadanya, hanya karena kamu tidak melihat pada dirinya ciri orang-orang yang arif dan cahaya para pencinta. Jika bukan karena karunia-Nya maka tentu tidak akan ada wirid." (Syekh Ibnu Athaillah as-Sakandari dalam kitab Al-Hikam) 

Jika kamu melihat seorang hamba Allah SWT yang selalu menjalankan wirid kepada-Nya, maka ketahuilah bahwa itu adalah karunia-Nya yang diberikan kepada para hamba-Nya yang dicintai-Nya. 

Kamu jangan menyangka bahwa orang yang berhak mendapatkan karunia-Nya itu terpancar dari ciri-ciri fisiknya saja. Orang yang bijaksana tidak harus tampak dari raut wajahnya. Orang yang mencintai-Nya tidak harus tampak dari cahaya wajahnya, walaupun sebagian besar tandanya memang seperti itu. 

Jika seorang hamba dibe­rikan kesempatan oleh Allah SWT untuk selalu berzikir dan mengingat-Nya, maka itu adalah karunia besar yang tidak bisa dibandingkan dengan apapun yang ada di dunia ini. Efek yang akan ditimbulkannya adalah kete­nangan hati dan ketenteraman jiwa, ini tidak bisa dibeli dengan apapun. 

Berapa banyak kamu melihat orang­-orang yang tidak mendapatkan kesempatan mengingat-Nya? Pikiran mereka selalu berseliweran dalam urusan-urusan dunia saja, seperti rumah mewah, wanita, mobil mewah, dan lain sebagainya. Hanya itu yang menjadi pusat perhatian mereka. 

Coba lihat di sekeliling kamu, berapa banyak orang kaya yang hidup sengsara, padahal mereka memiliki semua materi yang diinginkan. 

Jadi kemampuan menjalankan wirid adalah sebuah anugerah besar. Banyak orang yang menginginkan dan merindukannya, namun hanya sedikit yang berhasil mendapatkannya. Hal ini dijelaskan Syekh Ibnu Athaillah as-Sakandari dalam kitab Al-Hikam dengan penjelasan tambahan oleh Penyusun dan Penerjemah Al-Hikam, D A Pakih Sati Lc dalam buku Kitab Al-Hikam dan Penjelasannya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement