REPUBLIKA.CO.ID, GAZA — Seorang pejabat senior kesehatan di jalur Gaza mengumumkan bahwa Kementerian Kesehatan telah mendokumentasikan sebanyak 4.500 amputasi, termasuk amputasi anggota tubuh bagian atas dan bawah, sejak dimulainya kampanye genosida Israel terhadap wilayah kantong Palestina tersebut.
"Kami telah mencatat 4.500 kasus amputasi hingga akhir tahun 2024 akibat serangan udara dan serangan darat Israel yang terus-menerus di Gaza," kata Kepala Unit Informasi Kesehatan di Kementerian Kesehatan, Zaher Al-Wahidi, dalam sebuah pernyataan, Jumat (10/1).
Dia melaporkan, sekitar 800 orang yang diamputasi adalah anak-anak yang mencakup 18 persen dari kasus, sementara 540 perempuan menyumbang 12 persen dari total kasus amputasi.
Wahidi menekankan, angka-angka tersebut mengungkapkan besarnya bencana kemanusiaan yang dihadapi penduduk sipil, terutama kelompok yang paling rentan yakni anak-anak dan perempuan.
Children with disabilities in Gaza have nowhere to go and are struggling to escape Israel’s bombs.
And UNICEF estimates about 1,000 children have suffered limb amputations since Israel’s attacks began. pic.twitter.com/qmT7q8OKLx
— AJ+ (@ajplus) December 8, 2023
Dia menambahkan jumlah amputasi kemungkinan akan terus meningkat seiring berlanjutnya perang genosida yang memperburuk tekanan yang sudah sangat parah pada sistem kesehatan yang berjuang menghadapi kekurangan kritis pasokan medis akibat blokade yang telah diberlakukan selama lebih dari 18 tahun.
Sejak perang Israel dimulai pada 7 Oktober 2023, tentara Israel secara sengaja menargetkan fasilitas kesehatan, mengebom rumah sakit, memaksa evakuasi, dan memblokir pasokan medis penting, terutama di wilayah utara yang diserag besar-besaran sejak 5 Oktober.
Wahidi mendesak dukungan internasional untuk mengatasi krisis yang memburuk, menuntut tindakan segera untuk menghentikan pelanggaran Israel dan melindungi penduduk sipil.
Dalam menanggapi perihal meningkatnya jumlah amputasi di kalangan anak-anak, Lisa Dutton, pejabat di Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), mengatakan pada Oktober bahwa Gaza telah menjadi rumah bagi kelompok anak-anak amputasi terbesar dalam sejarah modern.