REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ramai video di media sosial, Hashim Djojohadikusumo yang juga Utusan Khusus Presiden untuk Iklim seperti menolak untuk bersalaman dengan Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman Maruarar Sirait.
Dalam video itu tampak Maruarar menghampiri Hashim. Namun kakak dari Presiden Prabowo itu menarik tangannya. Tidak dijelaskan dalam konteks seperti apa Hashim bertindak seperti itu.
Pihak Istana yang dikonfirmasi oleh Republika, belum bisa merespons. "Saya nggak di tkp jadi kurang tahu juga. Mungkin bisa cek di youtubenya setneg," ujar Albert Tarigan, dari kantor Komunikasi Kepresidenan, Ahad.
"Klarifikasi ke Bang Ara lebih pas," katanya.
Republika coba untuk mengonfirmasi Maruarar melalui pesan WhatsApp, namun belum direspons.
Tapi melihat batik yang digunakan Ara dan Hashim, potongan video itu terjadi pada acara penandatanganan MoU 1 Juta Rumah untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah di Istana Merdeka, Jakarta pada 8 Januari 2025.
Saat itu Ara dan Hashim sempat terlihat bersama di hadapan media. Tidak tampak perseteruan saat keduanya tampil di media.
"Kami akan membawa investor yang datang sekarang untuk bergerak cepat untuk bisa memahami aturan di Indonesia dan bisa lakukan survei ke lapangan langsung," ujarnya.
Hashim dalam pernyataannya saat itu mengatakan bahwa, ia berharap dalam waktu sesingkat-singkatnya investasi dalam bidang perumahan itu bisa dilaksanakan oleh Abdul Aziz al-Thani dari Qatar.
Penandatanganan MoU dilakukan oleh Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Maruarar Sirait dan investor Qatar Sheikh Abdul Aziz Al Than.
Siap² bakal tamat nih si Ara.
Detik² Hashim menolak jabatan tangan Menteri Maruarar Sirait. pic.twitter.com/g61l8XxW8y
— Tℹ️ger Shark (@Penyuka_ombak) January 12, 2025
Sejumlah netizen ikut merespons video tersebut. "Koq bisa di muka umum ya? Kan bisa ngobrol berdua di ruangan tertutup. Atau memang sengaja ingin mempermalukannya?
Seperti diketahui Maruarar Sirait sebelumnya merupakan politikus PDIP. Namun arah politiknya berubah, 180 derajat bertentangan dengan Megawati Soekarnoputri.