MOTORESTO.ID,STUTTGART--Tahun 2024 merupakan masa yang kurang menggebirakan bagi Mercedes Benz. Lantaran lesunya permintaan dan persaingan ketat dengan produk mewah asal China, serta pasar kendaraan listrik di sejumnlah negara Eropa dan Asia yang terus bergeliat.
Penurunan 3 persen menjadi 1,98 juta dipicu penurunan permintaan pasar China. Pasar terbesar pabrikan asal Jerman tersebut selama ini giat memasarkan S-Clas, Maybach. Namun, kini konsumen lebih menyukai produk lokal. Pihak Mercedes Benz seperti dikutip Bloomberg mengakui penjualan di negara tersebut turun 7 persen menjadi 683.600 mobil dari tahun sebelumnya.
Penjualan mobil kelas atas seperti sedan S-Class dan Maybach serta kendaraan Sport Utility Vehicle (SUV) turun 14 persen tahun 2024, meskipun pengirimannya membaik dalam tiga bulan terakhir tahun ini sejak kuartal III-2024.
Penurunan ini merusak strategi perusahaan untuk mendorong pasar lebih tinggi dengan menjual lebih banyak kendaraan termewahnya untuk meningkatkan laba perusahaan.
Penjualan mobil listrik Mercedes anjlok hampir seperempat tahun lalu karena permintaan konsumen berkurang di Eropa dan produsen China merebut pangsa pasar di wilayah tersebut.
Untuk tahun 2025, Mercedes memiliki target untuk menghidupkan kembali penjualan mobil listrik yang lesu, di mana sedan CLA entry-level akan diluncurkan lebih dulu daripada model pertama dari jajaran mobil plug-in Neue Klasse BMW.
Pasar UE
Konflik perdagangan berkepanjangan antara Uni Eropa dan China telah berbuntut hadirnya tarif tambahan hingga 35,3 persen pada BEV China. Tarif tersebut merupakan tambahan dari tarif saat ini sebesar 10 persen.
Secara khusus, UE akan mengenakan tarif tambahan sebesar 17 persen pada BEV BYD. Namun, bea masuk baru tersebut tidak berlaku untuk PHEV, yang merupakan nilai tambah besar bagi BYD. UE hanya akan mengenakan tarif tambahan sebesar 7,8 persen pada kendaraan Tesla buatan China. Tesla Shanghai mengekspor Model 3 ke UE.