REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Semua riwayat menunjukkan bahwa sejak kecil Imam Syafii sangat gandrung pada ilmu. Beliau juga ditakdirkan menjadi orang yang sangat mencintai hadits Nabi.
Penjagaan beliau terhadap hadits-hadits Nabi dan hafalannya terhadap Alquran telah menuntunnya menjadi fasih dalam berbahasa Arab. Hal itu juga menjauhnya dari bahasa asing dan penularannya yang merusak lisan orang-orang Arab. Ini karena mereka telah bercampur dengan orang-orang Ajam (non Arab) di berbagai kota dan daerah.
Dalam rangka memfasihkan bahasa Arabnya, Imam Syafii pergi ke pedalaman dna tinggal bersama suku Hudzail. Imam Syafii berkata:
"Aku telah keluar dari Makkah lalu tinggal bersama orang-orang dari suku Hudzail yang ada di pedalaman. Saya mempelajari pembicaraan mereka dan mencontoh karakter mereka. Suku Hudzail adalah salah satu suku Arab yang paling fasih bahasa Arabnya. Saya pergi bersama mereka dan tinggal di pemukiman mereka. Setelah kembali ke Makkah, aku pun menjadi orang yang mengerti tentang syair, adab, dan informasi-informasi tentang Arab."
Hafalan dan pengetahuan Imam Syafii tentang syair-syair suku Hudzail tealh mencapai tingkat di mana Imam Al Ashma berkomentar, "Aku mengoreksi syair-syair suku Hudzail kepada seorang pemuda dari Quraisy bernama Muhammad bin Idris (Imam Syafii)."
Untuk diketahui, Menurut para sejarawan, ahli nasab, dan pakar hadis, Imam Syafi'i masih memiliki hubungan kekeluargaan dengan Rasulullah SAW. Secara khusus, Imam Bukhari dan Imam Muslim telah memberi kesaksian mereka.
Ulama legendaris ini bernama lengkap Muhammad bin Idris bin al-`Abbas bin `Utsman bin Syafi` bin as-Saib bin `Ubayd bin `Abdu Zayd bin Hasyim bin al-Muththalib bin `Abdu Manaf bin Qushay. Jika diurut, secara nasab sang imam bertemu dengan nasab Rasulullah SAW dari Abdu Manaf bin Qushay.
Ayahnya Imam Syafi'i bernama Idris. Pria itu merupakan seorang miskin yang berasal dari daerah Tibalah--daerah Tihamah dekat Yaman. Imam Syafi'i lahir pada 150 H/ 767 M. Ada dua pendapat tentang kota kelahiran sang imam. Sebagian sejarawan meyakini Imam Syafi'i lahir di Gaza, Palestina, namun sebagian lain berpendapat dia lahir di Asqalan--sebuah kota tak jauh dari Gaza.
Menurut Ibnu Hajar, Imam Syafi'i lahir di sebuah tempat bernama Ghazzah di wilayah Asqalan. Para sejarawan juga mencatat, kelahiran Imam Syafi'i hampir bersamaan dengan wafatnya seorang ulama besar Sunni yang bernama Imam Abu Hanifah. Keduanya sama-sama ulama besar yang populer dan sangat berjasa bagi pengembangan agama Allah SWT.