REPUBLIKA.CO.ID, LOS ANGELES – Pengaitan kebakaran dahsyat di Los Angeles dan nasib warga Gaza terus bermunculan. Belakangan, pemerintah Amerika Serikat disoroti karena jor-joran menggelontorkan bantuan untuk Israel yang memungkinkan genosida di Gaza sementara memotong anggaran pemadam kebakaran.
Para aktivis mengecam pemerintah AS atas intervensi militernya di luar negeri. Mereka berpendapat bahwa dana yang dialokasikan oleh Gedung Putih untuk mendukung konflik Israel di Gaza seharusnya dialihkan untuk mengatasi masalah-masalah dalam negeri, seperti melengkapi pemadam kebakaran Los Angeles untuk menangani kebakaran hutan dengan lebih efisien.
Amerika Serikat telah menghabiskan dana sebesar 17,9 miliar dolar AS untuk bantuan militer kepada Israel sejak dimulainya perang genosida rezim tersebut di Gaza, pada 7 Oktober 2023. Ini menurut laporan proyek Biaya Perang Universitas Brown, yang dirilis pada bulan Oktober tahun lalu.
Ketika masyarakat Amerika pekan ini mengunggah ke media sosial tentang kengerian yang terjadi di Los Angeles banyak yang menyoroti pemotongan anggaran daerah LA sebesar hampir 18 juta dolar AS untuk pemadam kebakaran.
Pekan lalu, pemerintahan Biden mengumumkan rencana penjualan senjata senilai 8 miliar dolar AS ke Israel. “Sementara Departemen Pemadam Kebakaran LA mendapat pemotongan anggaran sebesar 17,6 juta dolar AS. Dan Israel, yang sudah mendapat peningkatan sebesar 23 miliar dolar AS, akan mendapat tambahan anggaran sebesar 8 miliar dolar AS,” tulis jurnalis Palestina Ahmed Eldin di X dilansir Middle East Eye.
Sementara, pengguna media sosial lainnya menunjukkan standar ganda dalam reaksi empati terhadap orang Amerika yang terkena dampak kebakaran hutan dibandingkan dengan ketiadaan empati ke Gaza yang dibombardir secara brutal oleh Israel.
Walikota Los Angeles Karen Bass menghadapi kritik atas pemotongan anggaran pemadam kebakaran kota. Untuk tahun keuangan terakhir, anggaran Departemen Pemadam Kebakaran LA (LAFD) dikurangi sebesar 17,6 juta dolar AS.
Kepala Pemadam Kebakaran LA Kristin Crowley mengatakan kepada CNN bahwa pemotongan anggaran “sangat” mempengaruhi kemampuan departemen tersebut untuk merespons bencana tersebut. Dia mengatakan departemen tersebut sudah kekurangan staf dan penghapusan posisi sipil, seperti mekanik, menyebabkan 100 petugas pemadam kebakaran tidak dapat bertugas.
Walikota Bass menanggapi kritik tersebut dengan mengatakan: "Tidak ada pengurangan yang dilakukan yang akan berdampak pada situasi yang kita hadapi selama beberapa hari terakhir."