Senin 13 Jan 2025 13:56 WIB

Ramai Pagar Laut, Begini Perspektif Alquran dan Sains Soal Laut

Laut termasuk keajaiban dalam kehidupan makhluk di planet bumi ini.

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Muhammad Hafil
Penampakan pagar laut di kawasan Tanjung Pasir, Kabupaten Tangerang, Banten, Jumat (10/1/2024). Nelayan mengeluhkan sulit mencari tangkapan ikan akibat adanya pagar laut yang membentang di perairan Tangerang, Banten.
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Penampakan pagar laut di kawasan Tanjung Pasir, Kabupaten Tangerang, Banten, Jumat (10/1/2024). Nelayan mengeluhkan sulit mencari tangkapan ikan akibat adanya pagar laut yang membentang di perairan Tangerang, Banten.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pagar laut yang terbuat dari bambu sepanjang 30 kilometer (Km) di pesisir Tangerang, Banten sedang ramai dibicarakan dan menjadi polemik. Lantas bagaimana Alquran dan sains memandang lautan?

Dalam perspektif Alquran dan sains, dijelaskan bahwa laut termasuk keajaiban dalam kehidupan makhluk di planet bumi ini. Air laut tidak pernah beristirahat meski sekejap dari bentuk gelombang air atau gerakan di bawah permukaannya. Kadangkala gelombang itu membentuk berbagai pola yang dapat dikatakan beraturan, tapi pada saat yang berbeda gerak itu tampak sama sekali kacau atau gelombang itu sangat rendah sehingga riak-riaknya seolah tak terasa. 

Baca Juga

Jelasnya, setiap partikel air itu timbul tenggelam, bergerak ke depan dan ke belakang, tiada henti. Air laut menutup lebih dari 70 persen permukaan bumi, yaitu 3/5 dari belahan bumi utara. Sementara kedalaman rata-rata laut sekitar 3.800 meter, bandingkan dengan ketinggian rata-rata daratan yang hanya sekitar 840 meter. 

Terdapat 300 kali lebih banyak ruang hidup yang tersedia dalam lautan daripada di darat dan di udara jika digabungkan. Orang menjumpai kehidupan yang berlimpah di dekat permukaan laut dan kehidupan yang langka di kedalaman yang terdalam.

Alquran berbicara banyak sekali tentang laut, meskipun Nabi Muhammad SAW berdasarkan riwayat yang ada, diketahui tidak pernah melaut atau berlayar mengarungi samudra luas. Salah satu dari sekian banyak ayat tentang laut adalah firman Allah ini.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

وَهُوَ الَّذِيْ سَخَّرَ الْبَحْرَ لِتَأْكُلُوْا مِنْهُ لَحْمًا طَرِيًّا وَّتَسْتَخْرِجُوْا مِنْهُ حِلْيَةً تَلْبَسُوْنَهَاۚ وَتَرَى الْفُلْكَ مَوَاخِرَ فِيْهِ وَلِتَبْتَغُوْا مِنْ فَضْلِهٖ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ 

Dialah yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamu dapat memakan daging yang segar (ikan) darinya dan (dari lautan itu) kamu mengeluarkan perhiasan yang kamu pakai. Kamu (juga) melihat perahu berlayar padanya, dan agar kamu mencari sebagian karunia-Nya, dan agar kamu bersyukur. (QS An-Nahl Ayat 14)

Dalam Tafsīr Fathul-Qadir, Asy-Syaukani menjelaskan bahwa Allah telah menganugerahkan kepada manusia kemudahan mobilitas di laut dengan berbagai alat transportasi laut dan potensi penangkapan ikan dan hasil laut lainnya seperti mutiara. Dalam rangkaian ayat ini, sebelum dan sesudahnya, disebutkan secara integral nikmat-nikmat Allah di bumi, di langit, dan di laut (samudra). Hal itu dimaksudkan sebagai penyadaran terhadap manusia akan keesaan dan kekuasaan Allah sebagai Pencipta.

Terdapat dua hasil laut yang disebut dalam ayat tersebut di atas, yaitu daging segar dan perhiasan. Menurut az-Zamakhsyari, yang dimaksud dengan daging segar adalah ikan, sementara penyertaan kata “segar” menunjukkan bahwa dalam waktu relatif singkat daging ikan akan cepat rusak. Adapun yang dimaksud dengan kata perhiasan (hilyah) pada ayat di atas adalah mutiara (lu’lu’) dan marjan.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement