Senin 13 Jan 2025 15:12 WIB

Media Sebut Tentara Israel Semakin Terpuruk, Konflik Internal Elite Bermunculan

Tentara Israel mengalami keterpurukan di Jalur Gaza

Tentara Israel membawa peti mati tentara Israel, saat pemakamannya di pemakaman militer Gunung Herzl di Yerusalem, 25 Oktober 2024. Israel akan menambah 600 makam lagi bagi tentara.
Foto: EPA-EFE/ABIR SULTAN
Tentara Israel membawa peti mati tentara Israel, saat pemakamannya di pemakaman militer Gunung Herzl di Yerusalem, 25 Oktober 2024. Israel akan menambah 600 makam lagi bagi tentara.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV—Laporan-laporan media Israel mengindikasikan bahwa tentara Israel mengalami kerugian-kerugian baru selama operasi-operasi militer di Jalur Gaza, di tengah-tengah meningkatnya kritik internal terhadap kelanjutan perang dan kegagalan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.

Dikutip dari Aljazeera, Senin (13/1/2025), koresponden militer Israel Channel 13, Or Heller, melaporkan bahwa tiga tentara Israel tewas di Beit Hanoun, Jalur Gaza utara, ketika ranjau yang ditanam oleh Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) meledak di dalam tank Merkava.

Baca Juga

Heller mencatat bahwa insiden ini menambah jumlah korban tewas IDF di Beit Hanoun menjadi enam orang dalam satu pekan.

Menganalisis situasi, analis politik Channel 12, Amnon Abramovich, mengatakan bahwa dalam satu bulan terakhir saja, 16 tentara Israel telah terbunuh, belum termasuk mereka yang terluka parah.

Abramovich menggambarkan operasi militer tersebut sebagai "perburuan hantu," dan menyatakan bahwa sulit untuk sepenuhnya menghabisi semua anggota Hamas.

Kegagalan perang

Mantan Kepala Staf Gadi Eisenkot mengkritik tajam manajemen perang, dengan menyatakan bahwa kegagalan mencapai tujuan perang di Gaza setelah satu tahun tiga bulan merupakan "kegagalan" dan "indikasi adanya cacat dalam rencana perang".

Dia menekankan bahwa tujuan perang yang telah dinyatakan, yaitu mencapai kemenangan mutlak, menghilangkan ancaman, menghilangkan kemampuan militer Hamas dan memulihkan para korban penculikan, belum tercapai.

Dalam sebuah adegan yang mencerminkan perpecahan di dalam tubuh militer dan politik Israel, Michael Shemesh, koresponden urusan politik untuk Can 11, mengungkapkan bahwa Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir dan Kepala Staf Hirsi Halevy berdebat sengit dalam sebuah pertemuan Kabinet Keamanan dan Politik mengenai apakah anggota Hamas dan Hizbullah adalah "teroris atau aktivis".

Dalam konteks kritik yang meningkat, seorang pembicara Gisha pada "Konferensi Penolakan Perang" mengatakan bahwa penggunaan ekstensif bahan peledak dan penembak jitu oleh Israel telah menyebabkan sejumlah besar korban di Gaza, termasuk keluarga multi-generasi, dengan mengutip skala kehancuran yang belum pernah terjadi dalam sejarah.

BACA JUGA: 1.000 Drone Perkuat Pertahanan Udara, Iran Siap Perang Besar Jangka Panjang

Dalam sebuah kesaksian yang luar biasa, Shahar Zhiro, seorang kerabat seorang tahanan Israel yang terbunuh di Gaza, mengungkapkan bahwa tentara Israel telah berubah menjadi apa yang ia gambarkan sebagai "tentara milisi," dan dia juga mencatat penyebaran slogan-slogan agama ekstremis di antara barisan tentara.

Zhiro mengkritik kebijakan tentara dalam menangani warga sipil, mempertanyakan perbedaan standar antara apa yang terjadi pada 7 Oktober 2023 dan apa yang terjadi di Gaza.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement