Senin 13 Jan 2025 18:44 WIB

Alasan Mengapa Pengakuan Raffi Ahmad Soal Mobil RI 36 Malah Bisa Munculkan Masalah Baru

Pengakuan Raffi soal mobil RI 36 dinilai janggal oleh analis komunikasi politik.

Utusan Khusus Presiden Bidang Generasi Muda dan Pekerja Seni, Raffi Ahmad.
Foto: Republika/Prayogi
Utusan Khusus Presiden Bidang Generasi Muda dan Pekerja Seni, Raffi Ahmad.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Bayu Adji P, Rizky Suryarandika

Utusan Khusus Presiden Bidang Generasi Muda dan Pekerja Seni, Raffi Ahmad telah mengakui, bahwa mobil berplat RI 36 merupakan kendaraan dinasnya. Mobil itu viral lewat klip video yang menampilkan upaya menerobos kemacetan sambil dikawan oleh petugas pengawalan (patwal) yang 'arogan'.

Baca Juga

"Dalam video tersebut, terlihat personel pengawal mobil dengan plat RI 36 berinteraksi dengan pengemudi taksi Alphard. Saya membenarkan bahwa mobil tersebut adalah mobil saya; Raffi Ahmad," kata Raffi dalam keterangan pers pada Sabtu (11/1/2025).

Walau demikian, Raffi membantah dirinya berada di dalam mobil saat kejadian itu berlangsung. Raffi berkilah kejadian itu terjadi saat dirinya tak berada di dalam mobil.

"Tapi saat itu saya tidak ada di mobil, karena mobil dalam perjalanan menjemput saya; sebelumnya mengambil beberapa berkas penting, untuk kemudian melanjutkan perjalanan ke rapat selanjutnya," ujar Raffi.

Alibi Raffi tak berada di dalam mobil RI 36 saat insiden terjadi dinilai janggal oleh analis komunikas politik, Hendri Satrio. Menurut dia, pernyataan Raffi yang menyatakan bahwa dirinya tak ada dalam mobil pada saat iring-iringan itu justru kontroversial.

"Terus kalau dia tidak ada dalam mobil, mengapa mobil itu dikawal? Terus Patwal itu mengawal mobil atau mengawal pejabat? Terus itu siapa yang ada di dalam mobil? Kan jadi itu pertanyaannya juga," kata dia, Senin (13/1/2025).

Tak hanya itu, pernyataan Raffi soal penyebar video iring-iringan yang sudah minta maaf itu justru menimbulkan masalah baru. Pasalnya, pernyataan itu membuat persepsi di masyarakat bahwa Utusan Presiden menekan masyarakat karena menyebarkan sebuah peristiwa.

"Pernyataan Raffi soal penyebarnya sudah minta maaf pun juga menjadi pertanyaan, apakah Raffi kemudian menekan penyebar video? Kalau menekan penyebar video, mengapa? Atas dasar apa? Apakah saat itu Raffi merasa terancam atau bagaimana?" kata Hendri. 

Hendri berpendapat, masalah komunikasi pada Raffi Ahmad ini pun sebelumnya terjadi pada Miftah Maulana atau Gus Miftah. Karena itu, ia menyarankan Presiden Prabowo Subianto segera mengevaluasi Raffi sebagai utusan khusus. Sebab, evaluasi itu penting untuk mengembalikan kepercayaan publik terhadap jabatan tersebut. 

"Evaluasi itu penting juga agar kita bisa memastikan sosok yang mengisi jabatan utusan presiden tersebut merupakan sosok yang kompeten serta memberi kontribusi yang nyata, tak hanya kontroversi seperti ini," kata dia.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement