Senin 13 Jan 2025 20:00 WIB

Airlangga: Indonesia Masih Stabil di Tengah Risiko Global, Ini Sebabnya

Tantangan volatilitas tidak menghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Friska Yolandha
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam Acara IBC Business Competitiveness Outlook 2025 yang digelar oleh Indonesian Business Council (IBC), Senin (13/1/2025) sore.
Foto: Republika/Dian Fath
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam Acara IBC Business Competitiveness Outlook 2025 yang digelar oleh Indonesian Business Council (IBC), Senin (13/1/2025) sore.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan bahwa meskipun ekonomi global dipenuhi berbagai risiko, Indonesia tetap mampu menjaga pertumbuhan ekonomi yang stabil. Tantangan seperti volatilitas harga komoditas, suku bunga tinggi di negara maju, dan pertumbuhan ekonomi China yang melambat, tidak menghalangi Indonesia untuk terus bertumbuh pada kisaran 5 persen, seperti tahun lalu.

"Prospek ekonomi global diperkirakan masih di bawah level COVID, sekitar 3,2 persen. Tapi Indonesia masih mampu menjaga pertumbuhan ekonomi," ujar Airlangga saat membuka acara diskusi bertajuk IBC Business Competitiveness Outlook 2025 yang digelar oleh Indonesian Business Council (IBC), Senin (13/1/2025) sore.

Baca Juga

Airlangga menambahkan, dibandingkan negara tetangga seperti Thailand yang tumbuh sekitar 3 persen dan Korea Selatan yang tumbuh 1,5 persen, Indonesia tetap menunjukkan daya tahan yang baik. "Kalau kita lihat dari indikasi PMI di bulan Desember, kita dalam pertumbuhan di mana ekspansi 51,2 persen. Selain itu, indeks konsumen serta indeks penjualan riil juga tumbuh positif," jelasnya.

Sementara itu, Chief Operation Officer IBC William Sabandar menyoroti pentingnya reformasi tata kelola dan inovasi untuk meningkatkan daya saing Indonesia di tengah situasi ekonomi global yang penuh tantangan. Dalam laporan IBC Business Competitiveness Outlook 2025 William menekankan empat pendekatan utama yang perlu dilakukan pemerintah.

Pertama, reformasi tata kelola untuk meningkatkan kemudahan berusaha. Kedua, kolaborasi swasta dan pemerintah dalam pembangunan infrastruktur dan perbaikan kualitas sosio-ekonomi. Selanjutnya adalah peningkatkan industrialisasi melalui strategi hilirisasi. Teralkhir, mendorong transformasi menuju ekonomi hijau.

“Dalam upaya besar ini, pada 2025 pemerintah baru akan mencari aliansi dan menarik investasi secara besar-besaran serta membutuhkan upaya yang kuat. IBC percaya untuk mencapai misi ini tata kelola harus direformasi dan inovasi harus dikejar,” kata William.

Ia juga menambahkan, reformasi tata kelola sangat penting untuk membangun kepercayaan, memastikan pencapaian program, dan mencegah kebocoran anggaran. Di sisi lain, inovasi diperlukan untuk membuka peluang tersembunyi dan memastikan daya saing regional Indonesia tetap terjaga.

Dian Fath Risalah

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement