Selasa 14 Jan 2025 07:03 WIB

Ekspor Nikel Indonesia Melesat 745 Persen, Airlangga: Ini Kisah Sukses

Indonesia kini tak hanya kembangkan industri EV berbasis nikel tetapi juga lithium.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Lida Puspaningtyas
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam Acara IBC Business Competitiveness Outlook 2025 yang digelar oleh Indonesian Business Council (IBC), Senin (13/1/2025) sore.
Foto: Dian Fath Risalah
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam Acara IBC Business Competitiveness Outlook 2025 yang digelar oleh Indonesian Business Council (IBC), Senin (13/1/2025) sore.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut Indonesia memiliki posisi strategis dalam kolaborasi global, khususnya melalui kebijakan hilirisasi industri mineral kritis. Nilai ekspor nikel Indonesia telah mencapai 33,52 miliar dolar AS, meningkat tajam sebesar 745 persen dibandingkan hanya 4 miliar dolar AS pada tahun 2017.

"Ini merupakan kisah sukses Indonesia dalam menarik investasi di sektor mineral kritis," ujar Airlangga saat membuka IBC Business Competitiveness Outlook 2025 yang digelar oleh Indonesian Business Council (IBC) di Jakarta, Senin (13/1/2025) sore.

Baca Juga

Capaian ini dinilai sangat tepat waktu, mengingat dunia tengah beralih ke energi terbarukan dan ekosistem kendaraan listrik (EV). Menurut Airlangga, kendaraan listrik dan energi terbarukan tidak dapat terwujud tanpa baterai. Indonesia kini tak hanya mengembangkan industri EV berbasis nikel tetapi juga lithium.

"Indonesia mengimpor lithium dari DRC (Democratic Republic of Congo) dan sedang membahas aliansi mineral kritis dengan Australia, Kanada, dan Amerika Serikat dalam sidang IPEF," jelasnya.

Airlangga menegaskan, peran Indonesia dalam sektor mineral kritis sangat tidak dapat diabaikan. "Indonesia adalah salah satu pemain terbesar di dunia dalam sektor ini," tegasnya.

Dalam pengembangan ekonomi, kawasan ekonomi khusus (KEK) menjadi prioritas, seperti KEK Galang Batang yang difokuskan pada mineral kritis dan manufaktur strategis. Di KEK Weda Bay, investasi sebesar 16 miliar dolar AS telah dilakukan dalam enam tahun terakhir, menghasilkan ekspor tahunan sebesar 8 miliar dolar AS.

"ICOR (Incremental Capital-Output Ratio) di KEK sangat efisien, yaitu sekitar 2–3," kata Airlangga.

Namun, untuk mencapai ICOR sebesar 4 persen, diperlukan pengembangan lebih banyak KEK. Efisiensi yang dicapai di KEK perlu dimanfaatkan di daerah lain yang cenderung tertinggal akibat kesenjangan infrastruktur dan kegiatan ekonomi. Pada tahun 2024, investasi di KEK diproyeksikan mencapai Rp 82,6 triliun, menciptakan 42.930 lapangan pekerjaan baru.

Airlangga juga menyoroti target pemerintah untuk mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen dalam lima tahun mendatang.

"Mencapai target ini tidaklah mudah, tetapi dengan kerja sama semua pemangku kepentingan, peluang-peluang ini dapat membuka era baru," ujarnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement