Selasa 14 Jan 2025 12:25 WIB

Dukung Program 3 Juta Rumah, OJK Minta Perbankan Jaga Likuiditas

Kondisi likuiditas perbankan hingga November 2024 masih sangat ample.

Rep: Dian Fath Risalahm/ Red: Gita Amanda
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae menyampaikan dukungan penuh terhadap program pemerintah untuk membangun 3 juta rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). (ilustrasi)
Foto: Antara/Aditya Pradana Putra
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae menyampaikan dukungan penuh terhadap program pemerintah untuk membangun 3 juta rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae menyampaikan dukungan penuh terhadap program pemerintah untuk membangun 3 juta rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Ia menekankan pentingnya peran perbankan dalam mendukung program ini melalui penyaluran Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan menjaga stabilitas likuiditas.  

“Kondisi likuiditas perbankan hingga November 2024 masih sangat ample (cukup). AL/NCD mencapai 112,94 persen, AL/DPK sebesar 25,57 persen, dan Liquidity Coverage Ratio sebesar 213,07 persen. Bahkan, LDR yang berada di level 87,34 persen juga dinilai memadai untuk mendukung peningkatan penyaluran kredit, termasuk pembiayaan program 3 juta rumah,” ujar Dian dalam Konferensi Pers Dewan Komisioner OJK yang digelar secara daring, Selasa (14/1/2025).

Dian menambahkan, OJK juga telah menyiapkan kebijakan untuk mendukung program ini, termasuk penyesuaian loan to value (LTV) dan pembobotan Eksposur Risiko Minimum (ERM) kredit. “Kami memberikan fleksibilitas dalam perhitungan kualitas kredit dan mengecualikan batas maksimum pemberian kredit untuk program perumahan bagi MBR,” jelasnya.  

OJK juga menyoroti peran pasar modal melalui penerbitan Efek Beragun Aset berbentuk Surat Partisipasi (EBA-SP) yang terdiri dari sekumpulan KPR dapat menjadi instrumen investasi pendapatan tetap yang diperdagangkan di pasar sekunder. Instrumen ini diharapkan dapat melengkapi sumber pendanaan dan membantu menjaga stabilitas likuiditas bank.Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia per 13 Januari 2025, terdapat 9 EBA-SP yang diperdagangkan dengan total nilai Rp 2,21 triliun.  

Perihal tantangan suku bunga tinggi, Dian menjelaskan suku bunga KPR umumnya mengikuti pergerakan suku bunga kredit. “Meskipun suku bunga tinggi, data menunjukkan bahwa KPR yang disalurkan perbankan masih tumbuh. Hal ini menunjukkan potensi pertumbuhan kredit ke depan yang masih cukup positif,” ungkapnya.  

Dian juga menegaskan bank yang berpartisipasi dalam program ini dapat memanfaatkan sejumlah insentif, seperti subsidi uang muka (SDUM) untuk meningkatkan rasio LTV calon debitur. “Dengan insentif ini, kami harap perbankan dapat mengoptimalkan perannya untuk mendukung pencapaian program 3 juta rumah pemerintah,” harapnya.  

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement