REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Guru Besar bidang Sosiologi Pendidikan Universitas Airlangga, Prof Tuti Budirahayu, mengungkap pandangannya mengenai wacana libur sekolah selama bulan suci Ramadhan. Menurut dia, kebijakan ini berpotensi memberikan dampak kurang baik pada aspek akademik.
Ia menjelaskan, libur panjang dapat menghambat pencapaian target yang telah terancang oleh institusi pendidikan. Jika kebijakan ini diterapkan, dia menyarankan penambahan jam belajar sebelum atau sesudah libur panjang sebagai solusi yang efektif.
“Bisa juga kegiatan belajar yang biasanya selama Ramadhan dapat beralih ke bentuk penugasan lain yang memungkinkan siswa mengerjakannya di rumah dengan jadwal belajar yang lebih fleksibel sesuai kondisi mereka,” kata Prof Tuti dalam keterangan tertulis, dikutip pada Selasa (14/1/2025).
Ia juga menyoroti berbagai tantangan yang akan terjadi apalagi kebijakan tersebut diterapkan. Tantangan itu meliputi target kurikulum sekolah hingga pengelolaan siswa non-muslim atau sekolah berbasis non-agama saat libur panjang berlangsung.
“Hal ini mungkin bisa diatasi dengan model pembelajaran online. Namun beban belajarnya tidak boleh terlalu banyak dan tidak mengganggu kegiatan ibadah siswa. Selain itu, untuk sekolah yang berbasis non-agama dapat memilih untuk mengikuti sistem libur Ramadhan atau mereka mengelola sendiri jadwal sekolah dan belajarnya,” ujar Prof Tuti.
Di sisi lain, menurut Prof Tuti, penerapan kebijakan ini juga dapat memberikan banyak manfaat pada anak, termasuk dalam penguatan karakter. Anak-anak bisa beribadah dengan tenang di rumah atau di masjid. Hal ini pada akhirnya akan menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi siswa.
“Khususnya dalam hal memberikan penguatan jiwa atau rohani siswa. Tidak hanya itu, bonding atau ikatan antara anak dengan orang tua dan keluarga juga bisa semakin kuat,” kata Prof Tuti.
Dia menekankan pentingnya kerja sama antara orang tua dan guru dalam memantau dan mengevaluasi proses ajar anak jika kebijakan libur selama Ramadhan diterapkan. “Pengalaman dalam melaksanakan pembelajaran secara daring selama Covid-19 dapat menjadi acuan. Oleh karena itu, menerapkan sistem pembelajaran jarak jauh bisa menjadi mekanisme yang relevan,” kata dia.